Halaman belakang bernuansa hijau itu masih diselimuti hening. Semuanya terfokus pada Kang Minhee yang tengah menjelaskan hal yang selama ini membuat pemuda-pemuda itu penasaran.
"Sekarang... ada masalah yang lebih serius."
Lelah berdiri, Minhee memilih duduk di bangku panjang—tepatnya di samping Allen—sebelum kembali melanjutkan ceritanya.
"Dua puluh tahun lalu, enam belas bangsa Cravities mendarat di bumi. Sebagian besar di antaranya adalah orang tua kita."
Minhee kembali melanjutkan narasinya. Menceritakan tujuan awal mereka meninggalkan planet mereka tercinta, menjelaskan bagaimana lubang hitam merusakkan Starship—kapsul angkasa yang membawa mereka, hingga mereka terdampar di bumi.
"Karena kerusakan akibat lubang hitam, mereka kehilangan kendali. Juga kehilangan jejak. Nggak ada yang bisa menghubungi pusat informasi di planet Cravity. Hingga mereka memutuskan tinggal berdampingan dengan makhluk bumi. Menjalani hidup normal sembari terus mengusahakan agar bisa kembali," Minhee berhenti sejenak, lalu kembali melanjutkan, "Selama 20 tahun ini, mereka terus mencari cara untuk kembali. Meneliti, mencoba memperbaiki kapsul Starship, termasuk GPS yang bisa menunjukkan letak di mana planet Cravity yang jauh dari bumi."
Tidak ada satupun yang membuka suara selain Minhee. Mereka sibuk menyimak cerita yang selama ini membuat mereka ingin tahu.
"Dalam 20 tahun ini kita memang berhasil memperbaiki sensor GPS Starship. Tetapi kita tidak bisa tahu benda apa yang terdeteksi. Kita hanya bisa mengetahui benda yang terdeteksi ini adalah bagian dari Cravity. Dan kelemahan lainnya, sensor kita tidak bisa mendeteksi dalam jarak yang jauh. Inilah masalah kita karena meskipun berhasil memperbaiki sensor GPS, tetapi kita tetap tidak bisa mencari letak planet kita."
Ruangan itu hening. Hanya terdengar suara alat-alat canggih yang memenuhi sudut ruangan. Sedangkan lima belas orang di sana hanya diam mendengarkan Kang Hyunwoo yang masih bernarasi di depan mereka.
"Seperti yang kita tahu, satu tahun yang lalu sensor kita berhasil menemukan sebuah benda unknown yang mengarah ke kita. Sudah pasti benda itu adalah bagian dari Cravity. Kita benar soal itu. Hanya saja kita salah menebak. Itu bukan kapal angkasa bantuan dari petinggi Cravity seperti yang kita kira. Sinyal SOS yang kita kirimkan ke pusat informasi Cravity tidak pernah mereka terima."
Hyunwoo terdiam sejenak. Menatap ke lima belas orang di ruangan dengan serius.
"Benda ungu itu adalah... Lilac, satelit planet kita."
"Apa?"
"Lilac?"
"Minhee, apa maksudnya Lilac yang datang, bukan bantuan? Dan... Lilac itu satelit Cravity? Maksudnya?"
Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya salah satu di antara delapan pemuda yang berada di halaman belakang rumah Minhee itu bersuara, tepatnya Kim Taeyoung mengeluarkan suara.
Minhee baru saja menceritakan kronologi dari mulai orang tua mereka yang sibuk mencari cara untuk kembali, sampai mereka menemukan benda unknown yang tengah berjalan ke arah bumi, yang mereka pikir adalah bantuan dari Cravity tetapi ternyata adalah Lilac—satelit alami planet Cravity.
"Jadi... Lilac itu adalah satelit alami milik planet Cravity. Seperti Bulan yang merupakan satelit alami milik Bumi. Diameter Lilac nggak jauh berbeda dari Bulan. Lebih kecil, tapi perbedaannya nggak begitu signifikan," jelas Minhee.
"Kalau Lilac itu satelit Cravity, kenapa Lilac bisa mengarah ke sini? Bukannya harusnya mengitari Cravity? Kayak Bulan yang mengelilingi Bumi?" tanya Seongmin.
Lelaki jangkung yang ditanyai itu mengangguk. "Benar. Harusnya sih begitu. Tapi entah apa yang terjadi pada Lilac, benda ini mungkin kehilangan kendali dan keluar dari orbitnya. Bisa jadi di Cravity sana, para ahli sengaja membelokkan Lilac ke arah lain supaya nggak mengarah ke planet Cravity dan bisa berakibat menghancurkan planet kita."
"Minhee, kalau memang Lilac jalan ke arah bumi, kenapa belum ada beritanya? Kenapa nggak ada yang tahu selain kita?" Kali ini Hyeongjun yang bertanya. Pemuda berambut kriwil itu ternyata juga menyimpan rasa penasaran seperti yang lainnya.
"Bangsa Cravities memiliki kemampuan membuat selaput tipis yang bisa menyamarkan keberadaan mereka. Teknologi mereka jauh lebih canggih daripada bumi. Selaput tipis itu juga mereka buat untuk menyamarkan keberadaan planet Cravity juga Lilac. Itulah kenapa sulit untuk membuat sensor yang bisa mendeteksi benda-benda Cravity. Termasuk kapsul yang dulu membawa orang tua kita ke Bumi."
Minhee menjabarkan pengetahuannya tentang Cravity. Dan itu cukup menjawab pertanyaan dari Hyeongjun.
"Ah iya. Wonjin mungkin pernah dengar tentang ini dari ayahnya," celetuk Minhee.
Wonjin yang namanya tiba-tiba disebut, mengerutkan keningnya. "Aku? Aku kenapa?" tanyanya bingung.
"Ayah kamu pernah menyebut tentang meteor yang mungkin akan jatuh tanggal 14 April, benar kan?"
Masih dengan kerutan pada dahinya, Wonjin memiringkan kepalanya. Berusaha mengingat hal yang dimaksud Minhee. Memangnya ayahnya pernah menyebut tentang meteor? Ia tidak begitu ingat. Tapi sepertinya memang pernah. Dan hal itu membuat Wonjin menganggukkan kepalanya.
"Woobin, hujan meteor apa yang terjadi pada pertengahan April?" tanya Minhee.
Woobin tersentak saat tiba-tiba Minhee bertanya padanya. "E-eh itu... ada Lyrid dan Pi Puppid. Tapi kalau sekitar tanggal 15 April itu Pi Puppid."
"Jadi sebenarnya bukan hujan Lyrid atau Pi Puppid yang dimaksud ayah kamu Wonjin. Tapi ya Lilac ini. Sayangnya Lilac bukan meteor. Lilac ini satelit seperti bulan. Sangat besar."
Minhee menghela napas panjang.
"Jika Lilac nggak segera dihentikan, Lilac bisa menghantam dan menghancurkan bumi. Termasuk kita di dalamnya."
Hai, maaf untuk part ini aku kasih pendek ya. Soalnya bahasannya mungkin agak sulit. Semoga bisa dipahami ya maksud ceritanya. Tapi serius ini pendek banget 😭
Btw tentang Lilac, terus tentang teknologi selaput tipis, dsb itu semua hanya fiksi ya hehe. Makasih ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
✅ CRAVITY: it's time to back
FanfictionSebuah tattoo berbentuk huruf "C" dengan garis miring yang menembusnya, tiba-tiba muncul di tubuh sembilan pelajar SMA. Sebuah tattoo misterius yang tidak tahu darimana asal-usulnya. Semenjak itu... satu-persatu keanehan mulai terjadi. Hingga hal ya...