10'spring, meteor, and strawberry milk

1.9K 388 34
                                    

"Ini Ayah kan? Sama siapa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini Ayah kan? Sama siapa?"

"Itu... Ayah sama teman Ayah."

"Mantan Ayah?"

"Teman Ayah."

"Bener?"

"Udah sana kamu sekolah."

Lelaki tampan itu, Park Serim menggelengkan kepalanya beberapa kali, mencoba mengusir bayangan percakapannya dengan sang ayah tadi pagi.

Begitu berhasil melenyapkan bayang-bayang di pikirannya, ia pun mempercepat kayuhan pada sepedanya.

Sudah berapa tahun?

Jika dipikir-pikir, sudah hampir sepuluh tahun ia dan ayahnya hidup berdua. Ibunya sudah meninggal saat dirinya masih duduk di bangku SD. Dan kini dirinya sudah menjadi siswa SMA.

Waktu berlalu begitu cepat tanpa ia sadari. Tahun berlalu. Bulan berlalu. Hari berlalu. Musim pun berlalu. Musim panas berganti menjadi musim gugur. Musim gugur digantikan oleh musim dingin. Lalu datang musim semi menggantikan musim dingin.

Guguran bunga berwarna merah muda terlihat memenuhi jalanan menuju sebuah sekolah menengah atas yang berada di ujung jalan.

Serim dengan santai tengah mengayunkan sepedanya seraya menikmati kelopak-kelopak sakura yang berguguran. Sesekali bibirnya menyenandungkan lagu khas musim semi yang sering diputar di radio dan televisi. Bisa dibilang mungkin... lagu kesukaan ibunya.

Matahari bersinar cerah, awan-awan berarak menghiasi langit, angin semilir yang ikut menari bersama bunga merah muda yang meninggalkan rantingnya, juga kicauan burung-burung yang menambah kedamaian pagi itu.

"Ehmmm hah..."

Lelaki itu menarik napasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya. Ia sangat menikmati musim semi tahun ini. Lebih tepatnya hari ini.

Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang baik untuknya.

Atau mungkin tidak.

Ckiiiittt...

Kayuhan sepeda itu berhenti, bersamaan dengan rem tangan yang ditarik secara mendadak, membuat sang pemilik mau tak mau harus menurunkan kakinya untuk menjaga keseimbangan.

"Hampir aja jatuh."

Pandangannya teralih ke depan, mencari tahu penyebab utama ia harus mengerem mendadak dan mengganggu paginya yang damai.

Kedua matanya menyipit melihat mobil hitam mewah yang berhenti tak jauh di depannya.

"Mobil itu lagi?" gumamnya.

Ini bukan pertama kalinya Serim mendapati mobil mewah ini berhenti begitu mendadak di depan sekolahnya. Sangat mengganggu. Ia sampai berpikir kalau mungkin sang pengemudi tidak benar-benar bisa mengendalikan mobil.

✅ CRAVITY: it's time to backTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang