20'should we?

1.5K 325 48
                                    

"Kamu anaknya Helena kan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu anaknya Helena kan?"

"Anda siapa?"

Allen menatap pria di hadapannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia masih mencoba mencerna jawaban yang tadi dilontarkan pria itu.

"Jadi benar kamu putranya Helena. Saya teman dekat Mami kamu dulu."

Ya. Hanya jawaban singkat. Tapi tetap saja membuat Allen kepikiran. Pasalnya ia tidak pernah tahu ibunya punya teman dekat lelaki.

Pria di hadapannya ini... bukan selingkuhan ibunya kan?

"Apapun yang kamu pikirkan di kepala kamu itu, aku bukan orang yang jahat. Bukan juga dekat dengan Mami kamu dalam artian lain. Kami benar-benar hanya teman."

Mungkin karena Allen terus memandangnya curiga, hingga pria di hadapannya ini akhirnya kembali mengeluarkan suara.

Ngomong-ngomong, Allen memutuskan untuk membolos sekolah hari ini. Suasana hatinya yang tidak bagus ditambah tersesat karena naik bus membuatnya mengurungkan niat untuk kembali ke sekolah.

Lagipula pria yang mengaku teman ibunya ini mengajaknya untuk ke salah satu restoran cepat saji terdekat dan mentraktirnya seporsi burger dan lemon tea saat tak sengaja mendengar bunyi keroncongan dari perutnya.

"Jangan bilang Mami."

"Apanya?"

"Bolos sekolah."

"Oke. Baiklah."

Setelah itu hening. Allen sibuk dengan makanannya sedangkan pria di depannya ini berkutat dengan ponsel sambil sesekali mengeluarkan kekehannya.

"Oh iya, Allen. Namamu Allen kan? Putraku bilang namamu Allen," celetuk pria itu.

Kunyahan Allen berhenti. Keningnya berkerut samar, sebelum melemparkan sebuah pertanyaan, "Siapa?"

"Putraku? Namanya Park Serim. Semalam kita nggak sengaja bertemu. Ah, tapi mungkin kamu nggak menyadari keberadaan kami. Eh, kamu sempat ngobrol sama Serim ya semalam."

Mendapat jawaban dari pria tersebut, Allen kembali melanjutkan makannya. Sudah ia duga. Wajah lelaki di hadapannya ini begitu mirip dengan teman sekelasnya yang bernama Park Serim itu.

"Ngomong-ngomong, kamu kenapa nggak diantar Mami kamu atau sopir kalau memang nggak tahu cara naik bus?" tanya Ayah Serim.

"Pengen aja," jawab Allen singkat.

Allen pikir jawabannya yang singkat dan datar akan membuat pria itu kesal, tetapi ayah teman sekelasnya ini justru terkekeh menanggapinya. Dan hal itu membuat Allen semakin mengernyitkan keningnya. Ia tidak merasa jawabannya lucu.

"Kamu tahu, Allen? Kamu persis seperti Mami kamu dulu," ujar ayah Serim.

Allen? Ia hanya mendengus mendengarnya. Putramu juga persis sepertimu, Om. Banyak bicara sekali. Mungkin begitu yang ada di kepala Allen saat ini.

✅ CRAVITY: it's time to backTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang