1'fever

3.6K 576 22
                                    

Langit sudah gelap dan waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam saat seorang pemuda baru saja tiba di rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit sudah gelap dan waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam saat seorang pemuda baru saja tiba di rumahnya. Ia baru saja menjalani kelas hingga malam dan kini dirinya merasakan kepalanya berdenyut.

Cklek...

Tap.

Tap.

Tap.

"Wonjin? Baru pulang, Nak?"

Lelaki itu mengangkat kepalanya. Dilihatnya sang ibu berdiri dari depan kamarnya—menyambut putranya yang baru saja pulang.

Wonjin mengukir senyum tipis. "Iya, Bu," jawabnya sembari melepas sepatunya satu-persatu.

"Ya sudah, cepat mandi pakai air hangat terus makan. Ibu siapkan dulu makanannya."

Menuruti perintah ibunya, Wonjin segera beranjak menuju ke kamarnya. Menaruh tas punggungnya, lalu meraih sepasang pakaian dan handuk sebelum berjalan ke luar kamar dan menuju kamar mandi.

Gemericik air mulai terdengar saat Wonjin menyalakan shower. Air hangat perlahan mulai membasahi tubuh lelaki itu. Rasa lelah setelah seharian berkegiatan, serasa luntur bersama dengar air yang mengalir.

Tak butuh waktu lama bagi Wonjin untuk membersihkan dirinya. Segera saja ia memakai celana training dan kaos hitam yang tadi diambilnya di lemari, sebelum kemudian keluar dari kamar mandi.

Wonjin menggerakkan kepalanya sedikit, ke kanan, ke kiri, dan memutar—mencoba mengurangi rasa pegal di lehernya.

"Sini, Wonjin. Kita makan."

Lelaki itu menghampiri ibunya setelah memasukkan handuknya ke dalam keranjang kotor. Ia melihat sup ayam sederhana yang sering dimasak ibunya.

"Ibu belum makan?" tanya Wonjin saat melihat dua mangkok berisi nasi di atas meja.

"Ibu tidak suka makan sendirian jadi Ibu menunggumu."

Wonjin mengangguk mengerti. Ibunya memang selalu begitu. Hanya saja biasanya Wonjin tidak pulang selarut ini jadi makan malam mereka pun tidak terlalu larut.

"Ayah belum pulang?" tanya Wonjin—membuka topik lain.

"Belum. Katanya ada kepentingan dengan bosnya. Ibu juga nggak tahu, Ayah tidak cerita apa-apa."

Lagi-lagi Wonjin hanya mengangguk.

Ia biasanya tidak sependiam ini. Tetapi kepalanya terasa sangat pusing sekarang. Ia tidak memiliki mood untuk banyak bicara.

"Wonjin, tadi Ibu habis dari—"

Tak.

"Bu..."

Ibu Wonjin menghentikan kegiatannya saat putranya itu memanggil namanya. Kedua matanya membulat melihat putranya meringis menahan kesakitan.

"Wonjin? Kamu sakit?"

✅ CRAVITY: it's time to backTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang