22'lilac

1.6K 328 62
                                    

Sungguh, baik Seongmin maupun Taeyoung masih tidak bisa mempercayai apa yang baru saja diceritakan oleh Wonjin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sungguh, baik Seongmin maupun Taeyoung masih tidak bisa mempercayai apa yang baru saja diceritakan oleh Wonjin. Bahkan Taeyoung berpikir pendengarannya bermasalah saat Wonjin mengatakan bahwa mereka bukanlah manusia.

Planet Cravity? Bangsa Cravities?

Memangnya ada yang seperti itu di dunia ini?

"Wonjin, kalau memang kita berasal dari planet yang namanya Cravity itu, apa itu berarti ada hubungannya sama keberadaan sekolah kita?" celetuk Seongmin.

Benar juga.

Mereka bertiga kan bersekolah di sebuah sekolah menengah atas yang bernama SMA Cravity. Mungkinkah memang berhubungan?

Kedua bocah itu menatap Wonjin penuh rasa tanya. Dan Wonjin menganggukkan kepalanya.

"Kalian ingat kan siapa pemilik sekolah kita?" tanya Wonjin.

Taeyoung menelengkan kepalanya. "Ayah Jungmo?" tebaknya.

"Tepat!" sahut Wonjin. "Kita tahu kan kalau Jungmo juga sama seperti kita. Dan... ayah Jungmo pun juga sama. Mereka bagian dari Cravity, sama seperti kita. Ayahku bilang, Ayah Jungmo sengaja menamakan sekolah kita jadi SMA Cravity karena bagi Ayah Jungmo, Planet Cravity adalah rumahnya, rumah mereka, rumah kita."

"Jadi karena itu Ayah menamakannya SMA Cravity?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi karena itu Ayah menamakannya SMA Cravity?"

Lelaki paruh baya itu menganggukkan kepala, menjawab pertanyaan yang baru saja dilemparkan putranya.

Jungmo dan ayahnya, mereka berdua masih berada di tempat yang sama, berdiri di tengah bulatan besar, di atas pasir di tepi danau.

"Tapi kalau kita bukan makhluk bumi, kenapa kita ada di bumi? Bukan di planet kita?" tanya Jungmo.

"Dua puluh tahun yang lalu, ada suatu hal yang membuat kami harus pergi. Hingga kami sampai di bumi."

"Kenapa nggak kembali?"

Jungmo terus melontarkan pertanyaan untuk menghilangkan rasa penasarannya, dan hal itu membuat ayahnya tersenyum tipis.

"Karena kami belum bisa pulang," jawab Ayah Jungmo. Ia yang semula melemparkan pandangan pada hamparan danau di depannya, menoleh ke samping menatap putra sematawayangnya. "Tapi sebentar lagi kita akan pulang dan kembali ke rumah kita, Nak."

✅ CRAVITY: it's time to backTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang