15. Bunga Dari Beni

3.9K 127 3
                                    

Setelah Alga pergi dari sana, yang lain memutuskan untuk pulang dulu sambil menunggu kabar selanjutnya dari kedua orang itu. Karna saat Danda dan Chila memaksa untuk menyusul Alga tetap melarang dengan tegas. Laki-laki itu bilang masalah bisa diselesaikan dengan baik, dan keadaan Bela sangat aman.

Alga merasa bertanggung jawab karena dia yang meminta Bela datang ke ulang tahun Danda dan Dandi.

Sedangkan Danila harus pulang diantar oleh Beni. Dan Danila menyesali hal tersebut. Kakak kelas yang satu ini sangat menjengkelkan melebihi apapun. Terus-terusan melawak dan menggoda dirinya sepanjang jalan.

Danila berharap perjalanan ini segera berakhir. Sungguh.

"Bete ya La?"

"Dari tadi gue becandain diem aja lo. Ngapa sih?"

"Yailah diem aja terus."

"Udah biasa gue diginiin La."

Danila menghembuskan nafas di balik punggung Beni. "Maaf Kak, bukan gitu maksud gue."

Saat itu juga motor Beni menepi dan berhenti. Danila diam, tapi terus bertanya di dalam hati kenapa Beni berhenti di sini. Rumahnya masih setengah kilo meter lagi.

"Turun." Gadis mungil yang masih lengkap dengan piyama dan pita senada itu turun saja, seperti perintah sang pemilik motor.

"Gue tau lo kenapa," kata laki-laki berwajah lucu itu sambil bersandar di motor. "Sekarang nggak usah mikirin Alga dulu. Kita.. jalan-jalan dulu gimana?" Danila mengernyit bingung dengan perkataan Beni. Apa laki-laki ini sadar dengan apa yang dia katakan?

"Gue mau pulang aja. Lagian siapa juga yang mikirin Kak Alga."

"Yailah gue apal kali tipikal cewek kayak lo. Nggak lama, sampek lo nggak bete lagi aja."

"Enggak mau, Kak."

"Ok, ayok!" Beni menarik tangan Danila menuju sebuah toko di dekat sana. Sebuah toko bunga yang cukup besar. Percuma saja Danila menolak, karena laki-laki ini sangat pemaksa dan menyebalkan.

Danila hanya mencoba pasrah dan menurut saja. Beni terlihat berbincang dengan penjualnya sambil beberapa kali menggoda wanita dua puluh lima tahun tersebut.

Setelah kesepakatan didapat, Beni memberikan beberapa lembar uang dan kembali pada Danila.

"Gue tantang lo."

"Hah?"

"Jadi gini, kita bakal lomba bikin buket bunga. Yang paling cantik dan paling cepat. Is the winner. Gimana?" Danila berpikir, dia sangat suka buket bunga. Dan kesempatan memilih bunga dalam buketnya sendiri itu sangat menyenangkan. "Nanti buketnya buat lo." Danila tersenyum mendengar tawaran menarik tersebut.

Segera dia menyetujui tantangan Beni. Mereka mulai dengan menghitung mundur.

"3,2..1!"

Danila lebih dulu berlari menghampiri tatanan bunga dengan berbagai jenis dan juga warna. Matanya berbinar melihat semua itu. Satu jenis sudah digenggam di tangan kirinya, sedangkan tangan kanan terus mencari-cari.

Beni juga sudah mulai membuat buketnya dengan beberapa aster dan baby's breath. Sedangkan Danila menambah lagi bunga anyelirnya.

"Jelek amat punya lo. Siap-siap kalah sama punya babang Beni."

"Jangan mimpi deh Kak!"

Beni terkikik, "nih punya gue udah jadi. Gue lebih cepet kan?"

"Gue juga udah." Ucap Danila sambil tersenyum lebar. Dia sangat bangga dengan dirinya sendiri hari ini. Bisa membuat buket bunga seindah ini.

My Hot Girl (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang