46. Merelakan

3.4K 138 67
                                    

Mobil yang ditumpangi Danila menepi di jalanan kota. Karel menghembuskan nafas beratnya. Posisinya jadi serba salah sekarang.

Ditatapnya keramaian jalan yang malam ini begitu padat. Belum lagi dengan beberapa pedagang di pinggiran dan para pengunjungnya. Begitu ramai dan riuh di luar.

Dan disini?

Di dalam sini hanya ada keheningan.

Danila bahkan tidak berniat mengatakan apapun ketika Karel tiba-tiba berhenti. Padahal rumahnya masih butuh sekitar sepuluh menit lagi.

Remaja dengan kemeja berwarna birunya itu mengambil tisu yang selalu tersedia di dalam mobil. Melemparnya asal kepada Danila membuat gadis itu menatapnya horror.

"Pakek pakek. Lo kalo mau nangis mending nangis sekarang, daripada nanti dirumah lo nangis sendirian nggak ada yang jagain." Ucap Karel dengan nada tidak suka.

Danila tidak menjawab, wajahnya kembali menatap lurus ke depan. Dengan tubuh yang bersandar sempurna di punggung kursi. Matanya tidak memerah ataupun basah, hanya saja kekosongan yang terlihat di sepasang mata indah itu.

Karel membuang nafas lagi, dia mengubah posisinya menghadap Danila. Memperhatikannya sebentar sebelum memberi petuah.

"Lo tuh susah banget ya dikasih taunya?"

"Liat sendiri kan Alga gimana?"

Karel menyugar rambutnya merasa sebal karena diabaikan.

"Denger, kalo lo emang nggak bisa putusin Alga, seenggaknya lo bisa kan mikirin diri lo sendiri sekarang?"

"Gini deh. Lo itu posisinya udah disakitin, dikhianatin lebih tepatnya. Dan gue tau banget kalo lo itu enggak pernah marah sama sekali sama Alga ataupun Bela. Lo tuh terlalu baik tau nggak?"

Danila menengok. Menatap laki-laki dengan 3 kancing kemeja yang terbuka itu.

"Kesannya tuh lo jadi yang bego disini." Lanjut Karel geram.

Gadis cantik itu mencebik. Menatap mata Karel dengan sedih.

"Lo tuh nggak ngerti apa-apa tentang gue." Jawab Danila menahan sesuatu yang menyakitkan di tenggorokan. Rasanya seperti ada benda tajam di sana.

"Gue emang gatau apa-apa. Tapi gue langsung bisa paham lihat lo sekarang."

Mata Danila menajam, menyampaikan seberapa kesalnya dia saat ini. Dadanya bergerak beraturan dan semakin cepat, hingga gadis itu harus menggigit bibir bawahnya untuk menahan diri.

Dia sedang tidak ingin menangis.

"Gue nggak pernah dikasih kesempatan buat ngungkapin isi hati gue dari kecil. Nggak pernah ada orang yang dengerin keluh kesah gue karena Mama nggak ada, dan gue nggak pernah tau caranya ngeluarin kemarahan gue. Rasanya sakit, kak.. mendem semuanya sendiri."

Karel tertegun melihat tubuh Danila yang bergetar. Tahu persis gadis itu sedang menahan tangisannya.

Karel jadi bingung harus berbuat apa sekarang.

"Sini lo."

Danila hanya menatap Karel bingung. Bibirnya mulai perih dan sama sekali tidak tahu maksud Karel berucap demikian.

"Ck!" Karel berdecak sebal kemudian langsung menarik Danila ke pelukannya.

Meski tidak senyaman pelukan Alga, Danila mencoba menghargainya. Dia tahu Karel orang yang baik dan mencoba untuk melindunginya.

"Lo boleh luapin semua kemarahan lo sama gue. Gue orangnya nggak baperan."

Danila mengangkat wajahnya dalam pelukan Karel. Ingin sekali meremas mulut laki-laki itu.

My Hot Girl (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang