Danila berdiri dengan gelisah di hadapan Chila yang malah kelihatan santai sambil berbaring di tempat tidur besar milik Danila. Mereka berdua baru saja pulang dari rumah sakit mengantar Bela.
Karena lelah melihat Danila, Chila duduk dengan gerakan cepat. "Ngapain sih La? Udah dong!!"
Danila tidak menjawab, gadis mungil itu memilin bajunya mengkhawatirkan sahabatnya yang sedang dirawat. Padahal Chila yang mendorongnya tapi Danila malah yang takut dan merasa bersalah karena itu.
"Jangan lebay deh La. Everything gonna be ok!!"
"Seharusnya lo nggak berbuat gitu ke Bela tadi," ucap Danila pelan sambil memasang pandangan kosong.
"Hah!? Jelas-jelas lo denger sendiri kan dia ngomong apa ke gue La, mana tahan gue? Kalo tadi kita lagi di pinggir jurang pasti bakal gue dorong dia sampek masuk jurang sekalian, bukan cuma jatuh ke lantai!" Jawab Chila sambil meremas guling Danila yang dipeluknya.
"Ada anak Alga di dalam perut Bela, Chil. Lo nggak akan ngerti. Kalo anak itu kenapa napa gimana? Lagian Bela juga tetep sahabat kita, gimanapun dia sekarang." Danila duduk di meja belajarnya kemudian menopang kepalanya dengan tangan.
Dia malah jadi teringat lagi dengan Alga. Alga yang mengkhianati dirinya, tapi juga Alga yang sama yang mencintainya.
Danila mengusap wajahnya dan berdoa di dalam hati, "semoga itu memang bukan anaknya Alga."
Chila menghampiri Danila dan memeluknya dari belakang, menyandarkan dagunya pada bahu kanan Danila. "Sabar ya La. Yang terbaik bakalan terjadi kok. Dan lo harus janji sama gue." Gadis berbadan ramping itu berpindah ke hadapan Danila dan menatap sahabatnya itu tulus.
"Apapun kenyataannya nanti, lo bakal lanjutin hidup lo dan jadi Danila yang semakin baik. Lo harus jadiin ini semua sebagai pelajaran. Pokoknya lo harus selalu bahagia, ok?" Danila terkekeh kemudian mengangguk setuju. Dia rasa kata-kata Chila benar, dalam hidup semua yang terjadi adalah pelajaran.
Tidak ada alasan untuk menjadi lemah, karena pada dasarnya semua manusia menerima pelajaran hanya untuk menjadi semakin kuat.
"Janji dulu!" Ucap Chila memaksa.
"Iya.. janji.."
"Good girl.."
Kringgg.
Handphone Chila yang tergeletak di kasur berdering membuat kedua gadis itu menengok. Kemudian sang pemilik menghampirinya dan menjawab telfon dari Danda dengan senang.
Danila yang melihat sahabatnya tersenyum bahagia langsung mengerti. Begitulah kalau orang sudah jatuh cinta.
"Malam sayang!!" Sapa Chila dengan penuh semangat.
Danila yakin Danda sedang mengusap telinganya yang sakit akibat kerasnya suara Chila.
"Lagi dimana?"
"Kenapa? kok perhatian banget nanyain aku lagi dimana? kangen ya?"
"Lagi dimana Chila..? kok nggak ada di rumah?"
"CK! Di tempat Nila. Kamu ngapain ke rumah aku malem-malem gini? kalo mau jalan besok aja deh ya sayang, aku lagi sibuk nih."
"Bukan, aku mau ketemu aja ada yang mau diomongin. Aku juga lagi sama Alga ini."
"Nah pas banget! Kesini aja mending. Nggak papa kan La?" Chila melihat ke arah Danila yang masih tetap duduk terdiam tanpa melakukan apapun. Gadis itu bahkan tidak terlalu memperhatikan apa-apa saja yang Chila bicarakan dengan Danda. Setelah mendapat sebuah anggukan kepala, Chila kembali fokus pada sambungan telfonnya bersama Danda.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hot Girl (✓)
JugendliteraturMasih tentang anak nakal tapi tampan seperti kebanyakan cerita remaja lainnya. Tapi Alga akan mengingatkan kalian tentang kesalahan seorang laki-laki dalam memperlakukan perempuan. Dan Danila akan memberi kalian pelajaran mencintai dengan tulus sert...