38. Syarat Ketiga

3.2K 129 17
                                    

Setelah menenggak segelas air, Danila mematikan lampu kamar. Membuat suasana tengah malam semakin gelap dan sepi.

Kakinya merangkak naik ke atas tempat tidur. Memposisikan dirinya agar senyaman mungkin untuk bisa beristirahat. Tapi entah kenapa malam ini kasurnya terasa tidak nyaman. Semua posisi Danila coba, sampai tengkurap pun masih tidak pas.

Sulit sekali untuk bisa tidur dengan pikiran yang kacau..

"Arrgh!" Karena geram gadis itu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Sudah menyerah untuk bergerak lagi. Hanya hembusan nafas kesal yang membuat dadanya naik dan turun. Matanya terpejam karena dipaksa sampai dahinya berkerut.

Tapi tetap tidak bisa tidur.

Tiba-tiba suara keras menginterupsinya. Dadanya naik dan turun semakin kencang dan matanya membuka lebar. Tapi tidak berani melihat ke luar selimut.

Dari suaranya, sepertinya itu ketukan pada kaca jendela kamarnya.

Tok tok tok tok.

Terdengar lagi. Dan Danila semakin penasaran.

Kenapa di saat keadaannya tidak baik seperti ini dia malah dapat gangguan. Sebelumnya tidak pernah ada suara seperti itu di jendelanya.

Tok tok tok tok tok.

Semakin banyak. Danila tidak tahan.

Dia menyibak selimutnya, menatap jendelanya yang tertutup kain gorden dengan setengah takut.

Tok tok tok.

"Udah tidur La?"

"Alga?" Danila tahu suara itu milik Alga.

Sedang apa Alga di luar kamarnya?

"Boleh tolong bukain jendelanya?" Pinta suara dari luar yang Danila kira adalah kekasihnya.

Tanpa menjawab, Danila turun dari kasur perlahan-lahan dan berjalan ke arah jendela. Tangannya telah menggenggam gorden berwarna putih itu, tapi masih ragu untuk menyibaknya.

Ini sudah tengah malam dan bisa saja yang diluar bukanlah Alga.

Dan kalaupun itu Alga, apa benar membukakan jendela untuk laki-laki di jam begini?

Apalagi laki-laki itu adalah Alga.

Danila diam dan berpikir. "Ah.. gue buka gordennya doang kan dia tetep nggak bisa masuk." Batinnya.

Gorden putih itu terbuka dan terlihatlah wajah Alga dibalik kaca. Wajah itu tersenyum tipis padanya dan hampir menempel pada kaca.

"Ngapain?" Tanya Danila.

"Pengen ketemu kamu."

Danila menaikkan sebelah alisnya, "tadi kan udah."

"Belum puas. Bukain dong," pinta Alga sambil menunjuk kaca jendela Danila.

Danila hendak membuka kancing jendela kamarnya saat pikirannya melayang hingga kejadian tadi di rumah Bela. Dadanya kembali sakit saat melihat wajah Alga yang menatapnya dengan senyuman.

Laki-laki itu tidak boleh berada di sini. Danila akan semakin sulit melupakan masalah itu jika melihat Alga.

Mau sampai kapan Danila tidak bisa tidur?

"Kenapa La? Nggak boleh ya?"

"Maaf," jawab Danila pelan.

"Aku tau kamu males lihat aku, tapi aku ke sini mau temenin kamu. Kamu pasti nggak bisa tidur kan?" Sejak tadi sebenarnya Alga tidak mau menemui Danila dulu. Bahkan dia sampai meminta Beni untuk mengantar gadis itu pulang.

My Hot Girl (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang