Pintu utama terbuka, membiarkan kedua remaja tanggung itu masuk. Yang satu memapah, dan yang satu bergelendot manja. Perutnya yang sudah sangat besar dan rasa pusing membuat Alga harus membantunya.
Dia membiarkan Bela duduk di atas kasur di kamar milik perempuan itu. Kemudian Alga berjalan keluar mengambil air minum, sedangkan Bela melepas sweater nya menyisakan gaun tanpa lengan berwarna biru pucat.
Alga kembali dan meletakkan gelas di meja, laki-laki itu menoleh ketika Bela memanggilnya.
"Kenapa? Masih pusing?"
Bela mengangguk, "sedikit. Aku mau ngomong sama kamu."
"Ngomong aja." Jawab Alga dengan lugas.
"Sini, deketan. Ini penting."
Alga beranjak dan mengambil posisi berjongkok di hadapan Bela. Menatap Bela yang duduk sambil tersenyum lebar. Pipinya terlihat sedikit lebih tirus dari beberapa minggu yang lalu.
"Alga.." panggilnya manja.
Alga mengangkat alisnya, merasakan tangan Bela yang menyentuh punggung tangannya.
"Semalem Papa sama Mama nanyain kamu. Mereka ingin kita cepat menikah, atau mereka yang bakalan bilang sama orang tua kamu."
Alga sudah menduganya, hal ini pasti akan segera terjadi. Seiring berkembangnya janin itu, kebenaran akan ikut muncul. Dan kedua orang tuanya akan tahu.
Entah bagaimana Alga bisa menghadapi orang-orang tersayangnya itu.
Alga menunduk, rasanya ingin menangis. Tapi dia sadar ini adalah hasil dari kesalahannya sendiri. Jika saja dia tidak pernah masuk kedalam dunia yang salah. Jika saja dia tidak menjadi laki-laki yang buruk selama ini.
Tapi semua sudah terjadi.
Dia bahkan belum mampu membuktikan apapun untuk membela dirinya. Dan mungkin ini adalah kebenaran yang sesungguhnya.
Yang harus dia hadapi sambil merentangkan tangan, menyambut takdir yang benar-benar ingin menghancurkannya.
"Kamu tau kan kak, aku ini cuma dianggap aib sama mereka, kedua orang tuaku sendiri. Dan kalau kali ini aku bikin mereka malu lagi, entah apa yang bakal mereka lakuin ke aku. Aku udah cukup hidup dibawah rasa takut seumur hidupku. Aku pengen keluar.." sambung Bela ikut menunduk.
Alga menatap Bela, gantian memegang tangannya dan sesekali mengusapnya. Mengerti seberapa berat hidup perempuan di hadapannya.
"Bilang sama mereka untuk kasih waktu satu minggu buat gue. Dan gue janji nggak akan ngebiarin mereka nyelakain lo."
"Makasih kak!" Jawab Bela begitu senang. Pipinya mengembang karena senyum dan perutnya terasa ditendang.
Dan Alga hanya diam, laki-laki itu menarik nafas sangat dalam sambil membayangkan wajah gadis yang sangat dicintainya. Keputusannya untuk meminta Danila pergi adalah yang terbaik. Karena akhir dari masalah ini adalah mereka yang tidak akan bersama.
Alga tidak ingin gadis baik itu menunggu sesuatu yang sudah jelas akan mustahil. Alga tidak akan bisa lepas dari Bela begitu saja.
"Boleh aku peluk kamu? Untuk yang terakhir sebelum aku melahirkan anak ini dan jadi seorang ibu." Pinta Bela sambil menatap Alga penuh binar dimatanya.
Setelah Alga mengangguk sebuah dekapan mengukungnya dengan sangat erat.
"Aku minta maaf kak.." bisik Bela disela pelukan mereka. Tidak terasa air matanya meluruh, begitu juga dengan beban berat yang hampir meruntuhkan pundaknya.
°•°•°•°
"Kamu ini dari mana? Kok pergi keluar dengan pakaian kayak gini? Malam-malam pula! Memang Alga nggak bisa nemenin dan jagain kamu?"
![](https://img.wattpad.com/cover/217060442-288-k640298.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hot Girl (✓)
Ficção AdolescenteMasih tentang anak nakal tapi tampan seperti kebanyakan cerita remaja lainnya. Tapi Alga akan mengingatkan kalian tentang kesalahan seorang laki-laki dalam memperlakukan perempuan. Dan Danila akan memberi kalian pelajaran mencintai dengan tulus sert...