48. Surat Dari Bela

4K 139 61
                                    

Dear, my best friend.

Tiba-tiba gue terfikir buat nulis ini. Malam ini di saat gue ngerasain sakit dari kesalahan terbesar gue sendiri, gue mau semuanya jelas.

Nila, sebanyak apapun gue minta maaf, gue tau itu nggak akan cukup. Dosa gue terlalu besar buat dimaafin. Ya.. gue sadar itu.

Tapi saat ini gue lagi berjuang ngelawan rasa sakit gue. Gue liat darah, dan gue ketakutan. Gue rasa hidup gue nggak akan lama lagi.

Haha! Ini emang pantes buat gue.

Saat lo ngasih tau gue buat jaga kesehatan, gue ngerasa lo itu malaikat yang turun ke bumi. Tapi sayangnya itu terlambat. Selama kehamilan gue sama sekali nggak bisa jaga diri gue dan anak gue. Gue emang bodoh. Gue sering minum, gue mabuk La. Tapi itu semata-mata biar gue nggak pernah merasa bersalah sama lo dan yang lainnya.

Gue nggak mau nyesel udah ngehancurin hidup sahabat gue sendiri demi kebahagiaan gue.

Nila gue minta maaf. Anak ini bukan anak Kak Alga. Dia nggak bersalah dan seharusnya lo nggak jadi korbannya.

Gue cinta sama Kak Alga, itu sebabnya gue bilang kebohongan ini ke kalian. Gue bener-bener nggak tau harus gimana waktu denger anceman orang tua gue saat itu. Dan ayah dari anak ini nggak mau tanggung jawab.

Gue berfikir buat memanfaatkan keadaan gue buat rebut Kak Alga dari lo.

Tapi sekarang gue udah nggak peduli sama semua itu. Gue bahkan udah nggak kuat lagi nahan rasa sakitnya La. Darahnya semakin banyak dan makin sakit. Gue nggak tahan. Gue rasa ini bener-bener teguran buat gue, dan gue seneng karna gue sadar di saat yang tepat.

Gue pamit La. Kalo ada apa-apa sama gue, gue berharap lo nemuin surat ini dan lo mau buat ngertiin keadaan gue.

Sampein salam gue ke yang lainnya. Dan semoga lo bahagia terus.

From, Bela.

Beberapa titik basah pada kertas putih itu memperlihatkan seberapa malangnya Bela ketika menulis barisan kata untuk Danila. Sesaat sebelum dia berhasil menelfon Danda, Bela telah menyelesaikan suratnya.

Dengan darah yang mulai mengalir di sepanjang kakinya. Dan rasa sakit yang menjalar hingga ke seluruh tubuh.

Bela berharap kesalahannya bisa ditebus melalui selembar kertas jika memang nyawanya tidak tertolong.

Danila melipat kertas ditangannya. Dadanya mendadak sesak, dan bayangan Bela muncul di benaknya. Kenapa semua ini terjadi pada sahabatnya? Sahabat yang sangat disayanginya.

"Gue sama sekali nggak marah sama lo Bel.. yang tenang ya.."

Mana mungkin Danila tidak memaafkannya. Sejak awal pun dia tidak ingin membenci Bela.

Dan mengetahui kebenaran tentang Alga rasanya begitu melegakan. Laki-laki itu ternyata tidak berkhianat padanya.

Dan tidak akan ada luka lagi.

Danila menarik nafas dalam sambil perlahan-lahan memejamkan mata.

"Minumnya mba.. eh kenapa lo?"

Danila membuka mata ketika rasa dingin menempel tepat di pipi kanannya. Siapa lagi kalau bukan Karel?

My Hot Girl (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang