50. Pamit (epilogue)

5.5K 195 27
                                    

Sebuah cermin oval menampakkan pantulan wajah dua orang perempuan berbeda usia yang sama-sama cantik. Mami Dara menatap pantulan wajah Danila yang duduk di kursi rias.

Mengagumi hasil karyanya sendiri pada sang calon menantu.

"Untung Alga nggak beneran ngehamilin anak orang ya Nila. Aduh Mami shock banget tau nggak kemaren." Ucap wanita itu sambil membenahi sedikit rambut Danila yang digulung tinggi.

Danila memegang tangan Mami Dara sambil tersenyum simpul. "Mami harus yakin sama Alga, dia itu laki-laki yang baik kok."

"Siapa dulu dong Maminya.. oiya makasih ya Nila udah mau nerima Alga, dia udah cerita semuanya sama Mami. Kamu anak yang baik, semoga kamu lekas jadi anaknya Mami beneran ya, cantik."

"Mami.. ih. Iya Nila juga mau bilang makasih sama Mami karena udah sayang sama Nila."

"Ututu sini peluk Mami."

Keduanya tertawa sambil berpelukan hingga tidak sadar jam sudah menunjukkan pukul 8 kurang 10 menit. Sudah waktunya mereka pergi ke atap rumah.

"Jangan tegang gitu dong sayang, cuma mau makan malam sama pacar aja kok sampek grogi sih." Goda Mami sambil memegang kedua bahu Danila. Mereka sudah dalam perjalanan menuju tempat yang sengaja dihias untuk acara makan malam romantis Alga dan Danila malam ini.

Laki-laki itu juga sudah menunggu di sana dengan senyuman lebar.

Melihat kedatangan Danila, Alga langsung menyambutnya dengan sebuah uluran tangan. Sedangkan Mami Dara tidak ikut sampai di sini.

Danila sibuk mengagumi tempat kencannya dengan Alga. Beberapa kali datang kesini, tidak pernah terlihat seluar biasa ini.

Danila jadi tidak yakin laki-laki bersetelan kemeja hitam dan rambut tang ditata begitu rapih itulah yang telah menyiapkan semuanya.

"Alga ini kenapa bisa cantik banget?" Ucap Danila kagum pada meja bundar di tengah-tengah. Dengan beberapa vas berisi mawar merah dan lampu yang tadinya hanya beberapa, malam ini jadi sangat banyak.

Bintang saja rasanya kalah banyak.

"Buat perempuan cantik, aku harus bikin moment makan malam yang cantik juga kan?"

Danila tersenyum, dicubitnya hidung mancung Alga sampai semburat merah muncul.

"Bisa aja."

"Sebelum makan malam, aku mau mesra-mesraan dulu sama kamu."

"Alga.." Danila memperingati.

"Kenapa? Nggak boleh?"

"Mesra-mesraan gimana coba?"

Alga menyeringai tampan, menarik tangan Danila dengan lembut hingga mereka berada di pinggir rooftop. Danila jadi teringat dengan kencannya yang gagal, dulu.

Di tempat ini ada kenangan manis yang sempat terukir antara mereka berdua. Dan malam ini, dengan keadaan yang berbeda, Danila kembali berdiri di sini bersama Alga. Laki-laki yang dulu tiba-tiba menembaknya tanpa ada basa-basi.

Lucu rasanya mengingat semua itu.

Karena sekarang akhirnya Danila benar-benar menjadi pacar laki-laki itu.

Jemari Alga mengelus pipi Danila. Membuat tubuh gadis itu meremang.

Matanya otomatis mengarah pada pintu masuk. Khawatir jika ada yang memperhatikan mereka.

"Tenang aja, cantik. Aku udah urus semua orang."

Danila menggeleng heran, hingga matanya berubah melotot ketika Alga merengkuh pinggangnya sambil terus tersenyum.

Danila dapat melihat ketampanan Alga yang berkali lipat malam ini, dari jarak yang begitu dekat Alga sangat sempurna.

Betapa beruntungnya dia.

Rasanya Danila akan semakin dalam jatuh cinta pada Alga setelah ini.

"Aku cinta sama kamu, Danila. Kalo aja kita udah lulus, aku pasti bakal langsung lamar kamu malem ini."

"Alga.. kamu tuh."

"Aku udah siap sih kalo kamu mau langsung aku lamar. Gimana?"

"Nggak, kamu harus sekolah dan capai cita-cita kamu dulu." Jawab Danila.

"Cita-cita aku itu pengen bangun keluarga bareng kamu. Udah kita langsung nikah aja ya?"

"Mau kamu kasih makan apa anak kita nanti?"

"Cinta." Alga tertawa, begitu juga Danila.

Semilir angin datang menyapu wajah keduanya. Suasana dingin itu tiba-tiba berubah memanas untuk Danila. Ketika Alga berlutut di hadapannya dan mengeluarkan sebuah kotak beludru berisi sebuah cincin.

Danila tidak mengerti sama sekali apa yang sedang Alga lakukan. Alga tidak mungkin melamarnya kan?

"Aku bukan mau ngelamar kok, tapi aku mau menandai kamu sebagai milik aku, cantik." Danila tersenyum disusul dengan tangan kanannya yang diraih Alga. Hingga sebuah cincin indah terselip di jari manisnya.

Meski bukan sebuah lamaran, Danila merasa ini adalah suatu langkah untuk semakin jauh dalam hubungan mereka. Rasanya sampai ingin menangis.

Alga bangkit dan menatap kekasihnya penuh cinta.

"Jangan minta aku buat pergi lagi, Alga." Pinta Danila dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Aku janji, nggak akan lagi minta kamu buat pergi dari aku." Jawab Alga penuh keyakinan. Bagaimana mungkin mau meminta Danila pergi jika dia sendiri tidak akan sanggup ditinggalkan?

Alga mendekatkan wajahnya hingga bibirnya benar-benar menyentuh bibir merah jambu dan manis milik Danila.

Gadis itu membalas ciuman Alga. Membiarkan kekasihnya melumat bibirnya dalam saat-saat yang penuh cinta ini.

Sepertinya Ayah tidak akan marah jika mengetahui kelakuannya kali ini.

Satu tangan Alga menahan kepala Danila dengan tautan mereka yang sangat lembut itu masih berlangsung.

Danila merasa sangat dicintai, bukan seperti yang dia bayangkan dulu ketika takut untuk menerima Alga. Laki-laki itu telah membuktikan cintanya.

Ciuman mereka berakhir tepat ketika suara riuh terdengar dari arah pintu.

"WOW NILA!! LO UDAH NGGAK POLOS LAGI!" Teriak Chila sambil tertawa lebar.

Ada Karel, Danda, Dandi dan Beni juga berdiri di sana dengan wajah menggoda.

"Kaku amat lo Ga!" Ejek Beni.

"Iya nih, kurang hot!" Rasanya tidak lengkap kalau Dandi tidak ikuan berkomentar kan?

Sedangkan yang lainnya tertawa dari tempat. Danila segera menatap Alga dengan wajahnya yang sangat merah.

"Jangan didengerin, cantik. Mereka cuman iri." Ucap Alga memeluk Danila.

Gadis itu menenggelamkan wajahnya pada dada Alga, berharap perasaan malu itu segera menghilang.

"Gue seneng karena Alga kembali sama gue, dan akhirnya dia dapat pelajaran yang berharga dari semua kejadian itu. Gue harap setelah ini nggak akan ada yang bisa misahin kita berdua. Untuk sahabat gue, Bela, semoga dia tenang di alam sana. Dan untuk Chila, gue janji akan selalu ada buat dia seperti yang dia lakuin ke gue. Oiya Karel juga pantes dapetin kebahagiaan yang besar, dan semoga dia nggak aneh lagi. Sampai jumpa untuk pelajaran hidup yang berharga ini.. gue pamit ya?"

Selesai.








°•°•°•°•°•°•°
buntu banget otaknya nulis ini sempah:(

makasih buat yang udah dukung cerita abal-abal ini🥵 akhirnya tamat!!

nggak nyangka sihhh nekat nulis dan berhasil nyelesain. Intinya I love you guys so much!!!

kalo yang masih mau ikutin tulisan aku pindah ke cerita baru aku yaaa;)))))

good byeeee

My Hot Girl (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang