Hola! I'm back!!!
Udah berapa purnama nih Xavier nggak update? Wkwkwk
Masih ingat alurnya? Kayaknya ada yang pada lupa XD. Sama, Dy harus baca ulang buat inget-inget detail kecilnya. Buat yang udah lupa, bisa baca ulang lagi ya wkwkw Maafkaaann. Tapi Dy beneran udah balik, dan 1 Mei nanti, Dy bakalan update si Xander. Add work "Falling for the Beast" di profil Dy ke library kalian ya ^^
Jangan lupa klik bintang + komen yang banyak biar Dy semangat!
Selamat membaca Xavier dan Aurora. Semoga part ini bisa menghibur kalian ^^
TBH, beberapa bulan terakhir itu Dy writer bloks wkwkw. Semua yang Dy tulis rasanya nggak bener. Nah, sembuhnya gegara apa coba? Gegara nulis fantasy -_- Tenang, nggak bakal Dy publish di wattpad dalam waktu dekat—nggak mau nambah-nambahin hutang wkwkw.
Happy reading! Sayang kalian ^^
***
Mengernyitkan kening, Aurora bergegas duduk, meraih ponselnya dan membaca pesan yang masuk. Dari nomor tidak dikenal.
Hai, Nak? Bagaimana kabarmu? Sepertinya masih bagus. Victor benar-benar jago menghalangi peluru yang menembus tubuhmu. Ck! Bagaimana kabarnya? Dia selamat atau sekarat?
You beloved father, Michael Cercadillo.
Wajah Aurora memucat, degup jantungnya melambat. Michael? Pikiran Aurora seketika penuh. Kenapa pria ini kembali? Bukankah dia sudah berhasil disingkirkan jauh-jauh?
***
Playlist : Liam Payne, Rita Ora – For You (Fifty Shades Freed)
Playlist kamu :
***
Tangan Aurora gemetar ketika dia menekan ponselnya. Bukan untuk menghubungi si brengsek Michael—sekalipun yang menghubunginya adalah benar dia, Aurora tidak sebodoh itu untuk jatuh ke dalam jebakannya. Pria ini pasti sudah memiliki rencana sendiri sampai berani menghubunginya. Dan ... apa katanya? Peluru? Victor? Sekarat?
Dering pertama.
Dering kedua.
Aurora sudah akan menyerah, mengira Xander pasti sedang asyik bermain-main dengan Axelion dan Stacey hingga tidak sempat mengangkat telponnya. Tapi ternyata panggilannya diangkat pada dering ketiga.
"Ada apa, Vee? Kalau kau menelpon karena Daddy si Baby Lion menyuruhmu meminta mengembalikan putranya sekarang, maka—"
"Papa menghubungiku," tukas Aurora dengan suara bergetar. Bahkan tangannya semakin mencengkram ponselnya erat. Kali ini keheningan langsung menyergap di ujung sambungan, tanda jika Xander juga tengah mengamati, atau lelaki itu tengah berpindah meninggalkan Axelion dan Stacey untuk mencari tempat yang lebih tenang. "Michael ... bajingan itu menghubungiku. Bukankah dia sudah dipenjara? Dia bahkan mengungkit-ungkit kondisi Victor. Tembakan ... sekarat. Xander ... sebenarnya ada apa di sini? Aku benar-benar tidak mengerti." Satu jemari Aurora yang bebas mengusap wajahnya frustasi.
Butuh beberapa detik menggantung, hingga suara Xander terdengar.
"Vee ... sebelumnya aku minta, apapun yang akan aku katakan nanti, tetaplah tenang."
KAMU SEDANG MEMBACA
She BELONGS to the PRINCE
Romantizm[Trilogi MY BASTARD PRINCE | Bisa dibaca terpisah] DON'T COPY MY STORY! DILARANG PLAGIAT! _______________ ❝Cause everyone knows, She BELONGS to the Prince.❞ **** Aurora Regina penyuka fairy tales. Karena itu...