Bab 17

12.3K 573 15
                                    

"Lo ngapain disini?!"

Romeo masih dikejutkan oleh kehadiran Arman yang secara tiba-tiba berdiri di depan pintu. Apa cowok itu mendengarnya? biar saja. Lagipula Arman tidak mengetahui dengan siapa ia berbicara.

"Eh anu ... mau masuk lah! Ya mau ngapain lagi. Gak jelas lo!" ketus Arman setelah itu melewati Romeo begitu saja.

Romeo mengangkat kedua bahunya, tidak perduli. Kemudian cowok itu berjalan menjauh dari kamar mandi dan menghilang dibalik koridor.

Arman menyembulkan kepalanya, mengintip sekilas untuk memastikan apakah Romeo sudah pergi dari sana atau belum. Cowok itu bernapas lega ketika Romeo sudah pergi.

Arman harus segera memberitahu Raja tentang hal ini. Tentang Arin yang ada kaitannya dengan Romeo. Sebelum menemui Raja di kantin, Arman melepaskan bandonya dan menyisir rambutnya kebelakang menggunakan cela jarinya. Setelahnya Arman memasang kembali mahkota kebanggaannya itu.

"Eh gue ganteng gak? Iya kan? Iyalah!"

Tanya Arman saat melihat dua orang siswi sedang berjalan kearahnya. Siswi itu mendelik kearah Arman dan melewatinya tanpa membalas ucapannya. Arman yang ditatap seperti itu mendengus kemudian terkekeh geli.

"Dasar cewek cewek. Fucekkk lo!"

***

Arman sampai dimeja kantin dengan napas yang menderu. Cowok itu terlihat ngos-ngosan. Arman sedikit membungkuk dengan kedua tangan yang diletakkan diatas lututnya.

"Napa lu?" Raja menatap Arman yang masih mengatur napasnya.

Arman menegakkan tubuhnya. Pandangannya menyapu seluruh kantin. Sepi.

Memang, bel sudah berbunyi 3 menit yang lalu. Dan biang onar Cakra masih berada di kantin.

"Capek banget gue gila! Dikejar Pak Eko!" ketus Arman.

Tadi pas Arman lagi jalan menuju kantin, tiba-tiba terdengar suara yang memanggilnya. Ralat, itu teriakan. Arman membalikkan tubuhnya dan terkejut saat melihat Pak Eko sedang berjalan kearahnya sembari membawa penggaris besi. Mau tidak mau Arman lari untuk menghindari penggaris besinya Pak Eko. Dan terjadilah aksi kejar-kejar an antara Arman dan Pak Eko.

Sayup-sayup cowok itu mendengar teriakan Pak Eko yang menyuruhnya untuk melepaskan benda yang melekat dikepalanya. Sontak hal itu membuat Arman semakin menambah kecepatannya berlarinya.

Raja dan Rifta'i hanya terkekeh kecil. Sudah biasa.

"Bang es tehnya satu. Gak pake lama!" ucap Arman yang langsung diangguki penjual minuman tersebut.

Penjual minuman itu mengantarkan gelas berisi es teh manis ke meja Arman. Penjual itu berbalik setelah Arman mengucapkan terima kasih.

"Minum dulu tuh," suruh Riftai. Cowok itu merasa kasihan melihat Arman kelelahan.

Arman bersendawa setelah meneguk setengah es teh manisnya. Cowok itu bersiap membuka mulut untuk menceritakan yang ia dengar tadi.

"Lo kenal Romeo kan Ja?"

Pertanyaan Arman membuat Raja mendengus kasar. "Ya tau lah! Tuh cowok kan yang mau ngedeketin cewek gue!" balas Raja setengah emosi.

"Romeo ada sangkut pautnya sama Arin,"

Raja dan Rifta'i tersedak saliva mereka sendiri. Kedua saling pandang. Kemudian menatap Arman lagi.

"Serius lo?" tanya Riftai

Arman menganggukkan kepalanya cepat. "Tadi pas gue mau ke kamar mandi, gue sempet nguping orang lagi ngobrol di dalem sana. Terus orang itu nyebut nama Arin."

RAJARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang