Bab 31

14K 615 117
                                    

"Rendi tungguin Ara dong!!!"

Ara masih terus berlari menyusul Rendi yang berjalan dengan langkah cepat. Rendi bahkan sama sekali tidak menoleh kebelakang.

"Rendi!"

"Ara mau ngomong dulu ih!"

"Ini soal Raja!"

Rendi langsung berhenti begitu nama Raja keluar dari mulut Ara. Rendi memutar tubuhnya menghadap Ara. Kini gadis itu tengah berusaha mengatur napasnya yang tidak terkontrol akibat kelelahan.

"Huh Ara capek!" Ara mengusap peluh yang mengalir dari pelipis hingga pipinya.

"Mau ngomong apa lo?" tanya Rendi.

"Sebentar Ara napas dulu," ujar Ara.

"Tiga detik atau gue tinggal?"

"Sebentar Ren-"

"Satu!"

"Lah! Ih kok udah dihitung?" tanya Ara panik.

"Dua!"

"Tunggu dulu. Ini Ara masih capek," omel Ara tak terima. Raja dan Rendi tidak ada bedanya.

"Tig-" kalimat Rendi terhenti kala mendengar suara teriakan Ara.

"IYA IYA INI ARA NGOMONG!" teriak Ara.

Sebelum berbicara, Ara menarik napas dalam kemudian dihembuskan perlahan.

"Raja masuk rumah sakit." kata Ara menatap Rendi takut-takut.

"Udah tau."

"Dia kena geger otak dan harus dioperasi."

"Udah tau."

"Terus yang Rendi gak tau apa?" tanya Ara bingung.

Rendi diam. Cowok itu mengangkat sebelah alisnya. Rendi mendengus lalu berbalik dan berjalan meninggalkan Ara. Buang-buang waktu saja, pikir Rendi.

"Rendi!" panggil Ara.

Rendi terus berjalan seolah tidak memperdulikan Ara yang meneriaki namanya.

"Ara," Romeo berdiri disamping Ara dengan tatapan tanya. Meminta penjelasan.

"Rendi kenapa sih?" tanya Ara dengan wajah bingung.

Niatnya memanggil Rendi tadi hanya untuk membujuk cowok itu supaya menandatangani surat operasinya Raja. Itu saja tidak lebih.

Ara tidak tega melihat Raja yang setiap hari menahan rasa sakit dikepalanya. Hatinya teriris setiap mendengar suara rintihan kesakitan yang keluar dari mulut Raja.

Gadis mana yang tega membiarkan kekasihnya kesakitan?

tidak ada.

Tiba-tiba air matanya keluar begitu saja. Ara menangis lagi. Belakangan ini Ara mudah menangis hanya karena hal-hal kecil.

"Rendi jahat banget sama Raja," Ara menghapus air matanya.

Romeo yang paham suasana hati Ara mencoba menenangkan gadis itu. Tangannya terulur untuk merengkuh Ara kedalam pelukannya. Romeo bisa menjadi teman sekaligus pacar yang baik untuk Ara. Romeo bisa membuat Ara tertawa ketika gadis itu sedang badmood. Romeo bisa menjadi segalanya untuk Ara

Tapi kenapa Ara belum juga menyadarinya? Kenapa Ara terus mempertahankan Raja yang mungkin sudah tidak bisa lagi menjaga gadis itu?

Romeo memegang kedua pundak Ara. Menatap dalam kedua manik mata yang sembab tersebut.

"Ara."

Ara mengerjapkan matanya dua kali. Sesekali gadis itu mengelap air matanya yang masih saja keluar. Bahkan Ara tanpa malu mengelap ingusnya sendiri didepan Romeo.

RAJARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang