Sesuai janjinya, Romeo mengantar Ara sampai rumah sakit. Ara sempat menawarinya untuk masuk namun ditolak Romeo secara halus dengan alasan ingin buru-buru pulang.
Sebenarnya tidak.
Setelah memastikan Ara benar-benar sudah masuk, Romeo menjalankan motornya dengan kecepatan kencang menuju suatu tempat.
Romeo sesekali memukul tanki motornya karena merasa kesal dengan Arman. Cowok itu membuat semua rencananya menjadi berantakan. Alangkah baiknya kalau Arman itu disingkirkan terlebih dulu.
Supaya rencananya bisa berjalan dengan lancar.
"Tunggu aja, Arman!" gumam Romeo dari balik helmnya.
Romeo memarkirkan motornya didepan sebuah rumah kecil. Romeo melangkah masuk kedalam dan matanya mencari seseorang.
"Goblok lo!" bentak Romeo saat melihat seseorang tengah tertidur pulas diatas sofa.
Seseorang itu terkejut dan langsung bangun dengan posisi duduk.
Orang itu mengerutkan alisnya bingung. "Apaan sih?!"
"Kenapa kemarin bisa gagal?" tanya Romeo.
Orang itu menguap lebar lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ya lo pikir aja! Gue baru mau cabut infusannya, tiba-tiba temennya dateng. Lo gak mau gue ketauan gitu aja kan?"
Romeo berdecak kesal. Ia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan salah satu foto kehadapan orang itu.
"Nah!!! Ini orangnya nih!" seru orang itu.
Romeo tersenyum miring. "Namanya Arman."
Ternyata Arman yang menggagalkan rencananya.
"Lo abisin dia." ujar Romeo.
"Kok? Urusan gue bukan sama dia."
"Lo ikutin aja omongan gue Chan!"
"Ngotorin tangan gue aja lo!" Chandra mendengus.
"Kalo lo singkirin Arman, rencana kita bakal berjalan mulus. Karena udah gak ada yang ganggu."
"Kenapa gak lo sendiri aja sih?"
"Gue gak bisa."
"Kenapa, hah? Takut ketauan sama tuh cewek?" Chandra tertawa renyah.
"Lo gak usah banyak bacot. Kerjain aja yang gue suruh."
Chandra mencebikkan bibirnya kemudian mengangguk.
***
Ara menggenggam tangan Raja yang bebas dari infusan. Ara menatap Raja yang terlihat lebih kurus dari biasanya.
"Raja ... Ara mau minta maaf," ujar Ara.
"Ara janji akan jadi pacar yang baik buat Raja. Sumpah!" Ara mengangkat jarinya membentuk angka dua.
Ara mengelus tangan Raja lembut. Ekspresi wajahnya berubah-ubah. Sesekali senang, murung, bahkan datar. Mungkin kelamaan ditinggal Raja, membuat dirinya semakin aneh.
Ara merasakan sesuatu yang bergerak dari bawah tangannya. Ara melihat jemari Raja yang digenggamnya perlahan bergerak pelan.
"Raja."
Ara mematung. Ara mengucek matanya beberapa kali karena merasa ini mimpi. Pandangannya memastikan sekali lagi dan ternyata yang dilihatnya tadi benar.
Rajanya mulai sadar.
"Raja??"
Kelopak mata yang sudah seminggu lebih tertutup itu perlahan terbuka. Raja mengerjapkan matanya, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke indera penglihatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJARA
Teen Fiction(mampir dulu sini) Dia adalah Raja Raisar Pradipta. Raja dari segala keburukan. Rajanya tawuran, Rajanya jalanan, Rajanya mencari masalah. Dia mempunyai pacar bernama Tamara Abelia. Gadis lucu dan polos. Gadis yang selalu mengikutinya kemanapun dia...