Bab 27

10.6K 448 31
                                    

Upacara baru saja selesai. Seluruh murid berhamburan menuju kelasnya masing-masing. Namun ada juga yang memilih pergi ke kantin untuk membeli minum atau bahkan sekedar mengobrol sambil menunggu bel berbunyi.

Arman dan Rifta'i berjalan beriringan menuju kantin. Biasanya mereka bertiga bersama Raja.

Tanpa sengaja, Arman melihat seorang gadis yang sedang mengobrol dengan seseorang. Sesekali gadis itu tertawa karena lelucon yang dibuat lawan bicaranya.

Arman mengayunkan kakinya mendekati gadis itu. Arman berdiri disamping keduanya kemudian menggebrak meja hingga menimbulkan suara ribut. Pandangan orang-orang kini terfokuskan oleh Arman dan dua orang didepannya.

"Kemarin lo kemana?" tanya Arman to the point.

"Arman?" ucap gadis itu yang masih dikagetkan oleh gebrakan Arman. Ara terkejut melihat Arman bertingkah seperti tadi. Tatapan matanya menunjukkan kilatan marah.

Ara takut. Tidak biasanya Arman semarah ini.

"Santai dong lo!" Romeo berdiri membuat Arman langsung menatapnya tajam.

Arman kembali mengalihkan pandangannya ke Ara. "Gue tanya sama lo! Kemarin lo kemana Tamara?"

"Arman! Lo ngapain sih?" Rifta'i datang dengan nafas tersenggal-senggal. Pasalnya tadi Rifta'i sedang membeli minum untuknya dan untuk Arman. Namun karena merasa Arman tidak ada dan Rifta'i juga mendengar suara ribut-ribut, barulah Rifta'i sadar.

Arman pasti sedang menemui Ara untuk membahas masalah kemarin. Arman sudah menceritakan semuanya pada Rifta'i. Rifta'i yang mendengarnya juga sangat kesal pada Ara. Tapi tidak senekat Arman.

Karena Rifta'i tau. Ara kekasih temannya. Dan Raja sangat amat menyayangi gadis itu.

Ara menunduk. Tidak mau menatap mata Arman yang membuat nyalinya menciut.

"A-ara pergi," cicit Ara pelan.

"Pergi lo bilang?! Sama siapa?"

"Romeo."

"Sialan!" maki Arman membuat Ara semakin ketakutan ditempatnya.

Arman menatap Romeo. Cowok itu perlahan maju ke hadapan Romeo.

"Lo sengaja kan?" tunjuk Arman didepan wajah Romeo.

Romeo menepis telunjuk Arman kasar. Ia tak suka ditunjuk-tunjuk seperti itu. "Kenapa emang? gak seneng?"

Arman hampir melayangkan pukulannya kearah Romeo. Namun tangannya berhenti di udara saat mendengar teriakan Ara.

"Jangan pukul Romeo!" ujar Ara yang membela Romeo.

"Kenapa gue gak boleh pukul dia?" tanya Arman.

Ara menggeleng kuat. "Pokoknya Arman gak boleh pukul Romeo."

"Kemarin Raja hampir dibunuh karena gak ada lo! Karena gak ada yang jagain dia didalem! Terus lo kemana, hah?" ujar Arman. "Seneng-seneng sama dia sedangkan cowok lo sekarat? Pacar macem apa lo Ra?"

Ara menangis ditempatnya. Ara merasa tertusuk kalimat pedas Arman yang diucapkan untuknya.

"Tahan emosi lo!" Rifta'i menarik pergelangan tangan Arman supaya mundur. Rifta'i tidak mau Arman bertindak lebih dari ini.

"Kita ke kelas sekarang!" ajak Rifta'i namun Arman menolaknya kasar.

"Ke kelas gue bilang!" akhirnya Arman mengikuti ajakan Rifta'i karena tarikan cowok itu ditangannya semakin kuat. Sebelum pergi, Arman sempat-sempatnya menunjuk Romeo. Arman mengucapkan sesuatu lewat gerakan mulutnya yang membuat Romeo naik pitam.

RAJARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang