Bab 29

11.6K 442 30
                                    

"Raja makan ya?"

Ara menghembuskan napasnya karena sekian banyak pertanyaan yang dilontarkan untuk Raja, hanya dibalas gelengan oleh cowok itu.

Raja jadi sedikit murung setelah mendengar jawaban tentang penyakitnya. Ara tau. Pasti Raja sangat shock. Tapi gak harus gak makan kan?

"Raja makan dong. Nanti sakit gimana?"

"Gue udah sakit, Ra."

Mendengar jawaban Raja membuat Ara kembali sedih. Ekspektasi Ara saat Raja sadar adalah bisa bercanda dan tertawa bersama cowok itu. Tapi realita nya lebih menyakitkan.

"Raja pasti sembuh kok," ujar Ara diikuti senyumannya.

"Nanti lo pulang sama siapa? Arman sama Rifta'i udah balik duluan kan?" tanya Raja mengalihkan pembicaraan.

Memang benar. Sekitar setengah jam yang lalu Arman dan Rifta'i, kedua teman Raja itu pamit pulang. Ekspresi Rifta'i saat melihat Raja kurang lebih sama seperti Arman.

Bedanya kalau Arman hanya memeluk Raja sekilas, kalau Rifta'i memeluk Raja lebih lama di banding Ara. Bukan hanya itu saja. Rifta'i mengecek suhu tubuh dan meneliti seluruh tubuh Raja untuk memastikan kalau Raja itu benar-benar baik-baik saja.

Rifta'i gila.

Rifta'i juga memberitahu Raja tentang motor cowok itu yang berada dirumahnya. Motor yang dipakai Raja saat kecelakaan waktu itu.

"Ara pulang sama siapa ya?" tanya Ara balik.

"Naik ojek online aja," usul Raja.

"Ara minta jemput bang Aldy aja kali ya?"

Raja mengangguk.

"Yaudah nanti Ara telpon bang Aldy. Sekarang Raja makan!"

"Enggak."

"Makan Raja!"

"Enggak mau."

"Raja!"

"Iya Tamara?"

"IHHH!!!"

Raja terkekeh melihat tingkah laku gadisnya yang selalu lucu dimatanya.

"Gue gak mau makan." ucap Raja dengan mata yang terus menatap Ara.

"Terus Raja maunya apa?" tanya Ara frustasi.

"Lo."

Ara mendelik. Gadis itu mengulurkan tangannya dihadapan Raja.

"Nih makan tangan Ara nih! Makan!" suruhnya.

Raja berekspresi seakan ingin muntah. "Gak enak! Rasa daging busuk!"

"IH RAJA! RAJA NGATAIN ARA DAGING BUSUK, HAH?!"

Raja tertawa lepas. Saat-saat seperti ini yang Raja rindukan dari Aranya. Sikap Ara yang selalu membuatnya tertawa dan serius diwaktu yang bersamaan.

"Enggak Ra."

"Terus apa?!" tanya Ara galak.

"Lo tuh ibarat bunga yang mekar."

Ara menarik sudut bibirnya. Senyum gadis itu merekah dengan mata yang berbinar.

"Wah! Bunga apa Raja?"

"Bunga Raflesia Arnoldi."

"Bunga apa itu? Tunggu. Kayaknya Ara pernah denger deh. Tapi dimana ya?" gumam Ara.

"Coba aja cari digoogle."

Ara mengikuti perintah Raja. Gadis itu membuka ponselnya dan jarinya langsung mengetikkan sesuatu dengan kata kunci nama bunga tadi. Ara menekan tulisan images digoogle dan terlihatlah jenis bunga yang Raja maksud.

RAJARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang