Adakah yang lebih menyebalkan
dari
merasa tak bisa melupakan
padahal tak pernah membuat kenangan bersama?
•°•° 🌸 °•°•
Sudah pagi. Aku lebih baik bangun dan menggerakkan badanku sambil menikmati segarnya udara pagi. Matahari sudah bersinar meskipun tak terlalu jelas nampak di balik gorden yang lumayan tebal itu. Di dalam masih saja gelap karena lampu sengaja dimatikan tadi malam. Kubuka gorden dan kaca jendela. Udara kesukaanku menyusup ke dalam menggantikan udara pengap di dalam kamar. Sejuk sekali. Tinggal di kota ternyata tidak menutup kemungkinan merasakan udara segar di pagi hari seperti ini.
Sampai akhirnya lagu yang mengalun sedari tadi berganti sebelum waktunya. “Dian kamu udah bangun dari tadi?” tanyaku meyakinkan setelah berbalik dan melihat Dian yang telentang di kasur sambil memainkan ponselnya. Aku heran. Biasanya kalau udah sudah beraktivitas seharian seperti semalam, dia adalah orang yang paling susah dibangunkan dengan seribu alasan kuno yang dibuat-buat nya. Masih ngantuk, masih terlalu pagi, aku masih lelah, dan alasan kuno lainnya.
“Aku gak sabar lihat-lihat foto kita semalam”, jawabnya
Aku berbalik, tidak menjawabnya. Kurasakan ranting pepohonan di sekitar kampus saling menyapa mengucapkan selamat pagi. Ada rasa terimakasih saat mereka masih bisa bertegur sapa pagi ini.
“Selamat pagi...” kataku membalas
Akan sangat menyakitkan, jika sapa yang diberi dengan ikhlas diabaikan begitu saja, bukan?
“Yos!”
Dian mengejutkanku. Bukan hanya aku, Yana dan Kesi juga sampai terbangun.
“Kamu harus lihat ini”, sambungnya
Yana dan Kesi tampak kebingungan lalu mendekat pada Dian dan menatap layar ponsel yang sama. Berbeda dengan aku. Aku sudah cukup bosan dengan reaksi penasaran berlebihan yang sering kutunjukkan saat Dian mengejutkan kami seperti itu. Paling nanti dia bakal bilang, ada postingan terbaru pacar-pacar khayalannya itu di media sosial.
“Mesra bat ya mereka”
“Pengen cepat-cepat punya pacar jadinya”
“Yosi kalo liat ini mah, pasti lebur bat hatinya”
Kenapa jadi aku? Apa kaitannya dengan aku? Spontan aku ikut bergabung dengan mereka. Ada apa?
Terlihat foto mesra Seno dan Tere yang baru saja diposting oleh Tere di media sosial miliknya. Iya, Tere pacar barunya yang membuat aku selalu memilih pura-pura tidak tahu saat mereka berdua lewat dari hadapanku.
“Aku sih jadi kamu milih mundur Yos..”
Aku tidak tahu harus merespon apa. Sejak dulu temanku memang tidak suka dengan apa yang kurasakan sama Seno. Yana selalu mengganggu Seno di depanku untuk meyakinkan kalau Seno itu tipe cowok playboy. Dian orang yang paling sibuk dengan media sosial akan memberikan banyak informasi menggelikan yang sebenarnya cukup membuatku jijik dengan tingkah Seno. Kalau Kesi, dia akan menilai orang dengan objektif. Dia selalu bilang kalau Seno itu akan mendekat kalau ada maunya saja.
However, aku sudah jatuh terlalu dalam dan menyakitkan jika harus bangkit sendirian.
Aku butuh tenaga.
Aku butuh penyemangat.
Aku selalu sadar kalau move on jauh lebih sulit dari yang kubayangkan.Tere terlalu membalut Seno dengan sangat baik. Sampai-sampai tak sadar ada hatiku yang ikut terbalut dan meronta ingin dilepaskan.
Kini aku lupa aroma embun pagi yang baru semenit yang lalu masih kupuji
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum Pagi
Novela JuvenilBila harus memilih, lebih baik jatuh cinta dalam diam dan harus makan hati setiap hari atau mengutarakan perasaan dan menjadi orang yang tidak kenal setiap hari?