Malam

59 8 0
                                    

Malam begitu panjang. Sampai aku lupa bagaimana indahnya saat bertemu pagi. Aku ingin menerka-nerka tapi terlalu takut berekspektasi. Kusibak gorden jendela kamarku sampai terbuka semua. Kupastikan cahaya malam dapat menelusup masuk ke dalam. Kulihat banyak bintang berkedip di atas. Saling bertegur sapa. Sebelum pagi membuatnya hilang entah kemana.

Malam itu.

"Aku takut pulang terlalu malam"

"Kenapa? Aku malah suka. Aku suka langit malam."

"Malam tak bersahabat"

Dia menggenggam tanganku erat.
"Kamu hanya terlalu takut"

Aku memandangnya bingung.
"Bintang akan menemanimu kemana saja."

"Setiap malam aku melihat langit. Meski dari jendela kamar kost." Senyumnya mengembang. Wajahnya masih menengadah ke langit.

"Kalau kamu rindu aku, lihatlah ke langit."

Aku tak tahu kenapa aku tak merasakan rinduku memudar. Aku melihatnya hampir setiap hari. Aku juga melihat langit setiap hari. Aku tak tahu malam akan mengecewakan aku seperti dia. Aku juga tak tahu malam akan meninggalkan sisa pedih yang harus kuobati sendiri.

Langit malampun kupandangi setiap malam. Aku tak tahu apa yang kucari. Aku hanya merasa tak menemukan apa-apa. Seperti yang pernah dia katakan.

Seharusnya aku tak pernah terlalu berharap pada janji. Karena lidah tak akan terbakar saat mengatakan 'api'

Kututup jendela kamarku. Membuang sisa-sisa kebodohanku di balik jendela.

***

Drggggg... Ponselku bergetar.

"Yos, darimana saja? Kenapa tidak membalas pesanku?"
Aku lupa aku belum mengecek ponselku sejak tadi. Aku langsung membersihkan tubuhku sepulang dari rapat. Aku basah karena kehujanan.

"Hey.."

"Eh iya, Kes, tadi habis rapat aku langsung beres-beres kamar"

"Gimana rapatmu tadi, lancarkan?"

“Yogi daftar di organisasi yang aku ikuti”

“Tumben dia mau gabung organisasi ya,” respon lawan bicaraku di telepon.

“Aku juga bingung, Kes. Aku risih”

“Yaudah anggap saja gak terjadi apa-apa”

“Yos, kenapa diam?”

“Enggak. Aku hanya membayangkan gimana jadinya kalau aku bisa merasa tidak terjadi apa-apa?”

“Nanti kamu akan terbiasa. Mungkin cuma masalah waktu”

“Oiya, aku lagi masak tumis kangkung, nih. Aku belum makan soalnya dari tadi. Udah dulu yah, Yos. Semangat.”

Kesi benar. Hanya masalah waktu. Hampir semua masalah akan menjadi baik pada waktunya. Aku hanya tidak tahu kapan waktu berpihak padaku. “Kesi juga semangat. Dah..”Kututup ponselku.

Sebelum PagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang