"Gimana persiapan turnamennya?"
"Hm... Baik-baik aja hehe.."
"Lain kali ajarin aku main game dong"
"Cewek baik-baik gak suka main game"
"Siapa bilang begitu?"
"Yah aku menduganya begitu"
"Aku bukan cewek baik-baik dong..."
"...aku suka game"
Dia terdiam. Menghentikan emutan di es krim nya.
"Yaelah, Yos.. Becanda kali," katanya sambil membuat poni pendekku -hampir selamat datang- berantakan.
Mataku membelalak.
"Iya deh kapan-kapan diajarin," katanya sambil tersenyum tipis.
"Eh teman-temanmu kok lama yah datangnya"
"Aku juga gak tau nih," kataku sambil merogoh ponsel yang kutaruh di tasku. Mengecek kalau-kalau temanku mengabariku sesuatu.
"Mereka gak ada bilang apa-apa deh," kataku lagi setelah memastikan tak ada apa-apa yang menjelaskan kenapa teman-temanku lama datang kali ini.
"Kita masuk ke kelas duluan yok, Yos"
"Aku disini aja, Yog.. Kalo mau duluan, iya gak apa-apa tinggalkan aja aku disini," kataku mengujinya. Seolah yakin dia akan mengurungkan niatnya untuk pergi ke kelas lebih dulu dariku.
Entah kenapa aku merasa suka membuatnya merasa bingung harus melakukan apa.
"Yos.... Masa iya aku tinggalkan sendirian disini?"
Aku diam saja. Membuatnya semakin merasa tak yakin membiarkan aku sendirian menunggu di tempat dudukku yang seolah diciptakan untukku saja.
"Yaudah aku ikut tungguin temanmu deh"
Yeah... Berhasil, batinku.
Bahagia sekali rasanya setelah mendapatkan yang kuinginkan. Bukan dengan membuatnya merasa tertekan. Atau tampak begitu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum Pagi
Teen FictionBila harus memilih, lebih baik jatuh cinta dalam diam dan harus makan hati setiap hari atau mengutarakan perasaan dan menjadi orang yang tidak kenal setiap hari?