Labil

42 6 0
                                    

Jadilah Yogi benar-benar menemaniku di tempat itu. Tak tahu jelas karena apa. Yang kutahu, entah kenapa akhir-akhir ini aku merasa senang berada dekat dengannya.

"Yogi... Benar-benar mau nunggu nih?"

"Ini pertanyaan jebakan ya?"

"Bukan.. yah aku beneran nanya"

"Kalo kamu nunggu seseorang, untuk menyadari kau benar-benar sedang menunggunya, lalu dia menanyakan pertanyaan yang sama dengan yang kamu tanyakan barusan, kamu bakal jawab apa?"

"Yaudah deh"

Heningnya pagi itu mulai menjadi-jadi. Kesibukan lalu lalang tiba-tiba saja berhenti. Entah karena memang hari ini sepi yang masuk atau karena semua orang sudah masuk kelas. Tinggallah aku dan Yogi yang masih terdiam bisu. Tak tahu harus membahas apa. Waktu terlalu lama berjalan. Menurutku.

"Nah itu temanmu datang," mataku langsung saja kutujukan ke arah tangga. Benar saja aku bisa melihat Yana, Dian, dan Kesi sedang berjalan naik.

Aku menatap Yogi dalam. Hatiku entah kenapa ingin berlama-lama disini. Tanpa ada kata, "Aku duluan, yah". Aku benci kata-kata itu keluar dari mulutnya. Namun dia mengeluarkannya.

"Okey," kataku singkat lalu berjalan menuju teman-temanku yang adalah alasan aku dan Yogi berlama-lama duduk disini.

Aura di dalam kelas tak akan sama meskipun aku akan menemukan orang yang sama. Di kelas, dia akan lebih memilih bercengkrama bersama teman-teman gamersnya yang kurasa sangat dipuja-pujanya itu. Hampir setiap hari mereka akan menghabiskan waktu bersama di kantin seberang.

Tinggallah aku yang mulai berharap diberikan waktu lebih lama. Meskipun bukan karena aku suka. Akupun gak tahu. Kalau kalau iya, tak akan ada yang peduli kan?

Sebelum PagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang