Sendiri dan sepi, sejalankah?

70 6 0
                                    

Untuk kesendirianku,
Berhentilah merasa sepi
Saat mengerti tidak ada yang bisa menemani

“Yos, kamu gak jadi rapat hari ini?”

Pertanyaan yang sebenarnya kuhindari sedari tadi. Entah kenapa setelah banyak kegiatan akhir-akhir ini aku sedikit malas datang rapat. Mengingat aku juga harus menunggu lama di sekretariat dengan alasan teman-teman lain yang itu-itu aja. Tadi kami ada jam ganti sampai sorean, kami masuk lab dan baru keluar, tadi kami habis kerja kelompok. Aku sudah hapal.

“Rapat, Kes, bentar lagi aku gerak,” jawabku berharap takkan ada pertanyaan lagi.

“Memangnya kamu gak balik dulu ke kost?”

Aku malas. Aku mau beristirahat menenangkan pikiranku dan tak ingin banyak mengeluarkan tenaga. Walau sebenarnya aku takut gendut.

“Balik dulu, Kes”

“Barengan yok, Yos,” Dian beranjak dari tempat tidur dan mulai merapikan bawaannya. “Aku takut ada yang godain di jalan kalo pulang sendiri,” sambungnya sambil tertawa lugu disambut omelan Yana dan Kesi kesal.

Yah, aku tak asing lagilah dengan dia yang selalu begitu. Jadi kuanggukkan saja kepalaku menghindari adanya khayalan baru yang dia tebarkan.

Kuraih tasku dan bergegas keluar untuk memakai sepatu.

“Kami pulang yah,” kami pamit dan berlalu.

***

Kubuka gerbang dan mulai menaiki tangga kostku. Kulewati kedua tetangga kamarku yang sedang main raket di halaman kost. Kulewati beberapa kamar yang penghuninya asyik menonton atau bercengkrama bersama teman se-kost sampai akhirnya aku tiba di depan pintu kamarku yang selalu terkunci rapi bila aku tak di dalam. Aku sendirian.

Sebenarnya ingin sekali aku punya teman sekamar seperti kebanyakan tetanggaku. Hanya saja aku tak tahu harus mengajak siapa. Kemarin aku sudah mencoba mengajak teman-temanku untuk se-kost denganku. Tapi barang Yana yang terlalu banyak membuat kami kesulitan bila bersama. Orang tua Kesi dan Dian juga sering datang, jadi kesulitan bila kami harus berbagi kamar. Selain mereka, aku tidak tahu harus memberi ke siapa kepercayaanku.

Di kostku sepi. Berbeda dengan di kost Yana atau Dian. Akan ada banyak kegiatan yang bisa kulakukan kalau aku disana. Mengerjakan tugas bareng, tiduran, karaokean, sampai cerita ini itu. Saling mengejek, bercerita tentang kebucinan, atau curhat tentang masalah pribadi yang datang tiada hentinya. Sampai tidak sadar sama waktu. Disini hanya ada speaker bluetooth kecil yang menemani. Lagu riang bisa saja terdengar melow.

Kuambil handukku. Lalu bergegas ke kamar mandi untuk bersiap-siap rapat organisasi sekalian menghentikan lamunanku yang selalu saja bisa datang dimana saja.

Sebelum PagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang