Part 48

577 20 9
                                    

"Mbak, kok Dyan jarang banget liat teman mbak main kesini," ucap Dyan sembari membantu mbaknya yang lagi memasak.

"Oh iya soalnya teman-teman mbak itu emang susah buat kumpul, ya... karena jarang sekali di kasih izin sama suaminya dan sudah fokus mengurus anaknya dan punya kesibukan yang lain juga," jelas mbak yang masih sibuk mengoseng-oseng opor yang sedang ia masak.

"Oh!! duh kira-kira nanti Dyan sama Rara juga kaya gitu dong yah sekarang aja susah banget buat ketemu gara-gara kuliah," ucap Dyan.

"Makanya itu," ucap mbak. Disela-sela pembicaraan mereka terdengar suara orang yang menekan bel rumah mbaknya.

"Mbak itu mungkin temannya," ucap Dyan.

"Yaudah kamu lanjutin aja rapih-rapihnya mbak bukain pintu dulu yah," ucap mbak dan di beri anggukan oleh Dyan tanda mengerti.

Mbak Dyan pun pergi ke depan untuk membukakan pintu karena teman lamanya sudah datang. Sementara tugas Dyan masih fokus melanjutkan masak dan merapihkan makanan yang sudah masak.

"Assalamualaikum, waduh Nina apa kabar," ucap temannya mbak.

"Waalaikumussalam, alhamdulilah baik Rika yaudah masuk aja. Oiya anak lu gak diajak?"ucap Mbak Nina mengajak temannya untuk masuk.

"Nggak hari ini dia di rumah neneknya Nin."

"Ohiya kenalin ini ponakan gue namanya Dyan," ucap Mbak.

"Assalamualaikum Dyan, mbak," ucap Dyan memperkenalkan diri sembari mencium punggung tangan Mbak Rika.

"Waalaikumsallam wah cantiknya," ucap Mbak Rika.

"Yaudah kita makan dulu aja, ohiya suami lu kemana? Lu kesini sama siapa?" Tanya mbak.

"Suami ada kerja di luar kota, tadi gue di antarin sama adek tapi dia langsung pulang katanya capek habis dari kampus," jelas Mbak Rika.

"Oh yaudah nanti pulangnya diantar sama Dyan aja," ucap Mbak dan dianggukkan oleh Dyan

Mereka pun langsung duduk di meja makan yang sudah ramai dengan berbagai jenis makanan, karena suaminya mbak Nina sedang lembur jadi kita makan hanya bertiga saja. Setelah makan mbak Nina dan temannya bercerita tentang zaman dulu mereka kepada Dyan sembari melihat foto - foto mereka dizaman dulu.

Dyan terlihat senang sekali bisa mendengar cerita tentang perjalanan cinta mereka karena semuanya hampir mirip dengan apa yang sedang di alaminya saat ini, menambah motivasi juga agar tidak salah jalan nantinya ketika memilih seorang pasangan hidup.

"Oh iya Dyan kamu kuliah udah semester berapa?" Tanya mbak Rika.

"Udah selesai kok ba, tinggal tunggu hari wisuda saja." 

"Wah hebat yah, kuliah jurusan apa kalau boleh tahu?" Tanya Mbak Rika sembari fokus menatap Dyan.

"Alhamdulillah kedokteran," jawab Dyan.

"Bagus itu sama persis dengan adekku," ucap mbak Rika.

"Memangnya adek mbak perempuan atau laki-laki?" Tanya Dyan.

"Laki-laki," ucap mbak Rika. Dyan hanya menanggapi oh saja.

"Kalo gitu gue pamit pulang aja ya Nina," ucap mbak Rika.

"Yaudah biar Dyan yang antar saja," ucap Mbak Nina.

"Emangnya gak ngerepotin nih," ucap mbak Rika.

"Nggak kok mbak, yaudah biar Dyan antar aja," ucap Dyan sembari mengantarnya kedepan rumah.

"Mbak, Dyan berangkat dulu yah assalamualaikum," ucap Dyan sembari mencium punggung tangan mbaknya.

"Iya hati-hati, lu juga yah Rika jangan kapok kesini lagi," ucap Mbak Nina.

Cinta Dalam Diam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang