Anak Lanang. (Prolog)

19.2K 559 4
                                    

Ini squel dari Sersan, Kau Kembali. Akan fokus pada Abid dan Risel. Biar nyambung, disaranin baca cerita 'Sersan, Kau Kembali'
Selamat membaca:)

Hidup adalah sebuah perjalanan. Katanya, tempat singgah untuk menuju tempat yang abadi—akhirat. Jika kau celupkan jarimu dalam lautan, lalu angkatlah jarimu. Air yang terbawa oleh telunjukmu, itulah nikmat dunia. Sedang air yang tak terbawa oleh telunjukmu, itulah nikmatnya surga.

Sebagai manusia, kita hanya mampu membuat rencana. Perihal realita, tak ada yang bisa mengendalikan kecuali Tuhan. Kita selalu berharap agar mendapat bahagia. Namun, apa yang kita rasa jika pada akhirnya bahagia itu tak ada untuk kita?
Rapuh, rasanya ingin hanyut bersama luka. Ingin terkikis, menghilang dari kerumunan anak manusia. Merutuki diri sendiri pun bukan solusi. Diam tanpa sanggup bercerita, menjadi akhir yang dipilih.

Abidakarsa Abdullah, anak lelaki kesayangan Umi dan Abah. Penerus keluarga Saga, katanya. Tapi sayangnya, itu hanya menjadi harapan yang telah patah sebelum diwujudkan. Hari ini, Anak lelaki itu meratapi kepergian.

Pertama, Umi meninggalkannya. Tapi rasa kehilangan itu selalu dilipur oleh Abah. Dan sampailah pada hari di mana Abah menutup mata untuk selamanya. Meninggalkan Abid dengan semua luka yang disimpan rapat.

Hari itu, Abid menunggu di depan gerbang sekolah. Hari terakhir ia melaksanakan Ujian Nasional. Ia menelepon Sang Abah, menyalurkan rasa lega telah selesai melaksanakan UN. Dengan penuh sayang, Abah menjemputnya sepulang dari rumah sakit.

Tapi kelegaan itu tak berlangsung lama. Hanya menjadi jeda sebelum sampai pada kedukaan yang merambat sampai sekarang. Kala itu, Abah kecelakaan. Lalu menutup mata untuk selamanya.

Dunia menjadi gelap. Tak ada setitik cahaya baginya untuk melangkah. Semua harapan telah ia bunuh detik itu juga. Sendiri, menepi, itulah yang selalu ia lakukan sejak hari penuh duka itu. Semua seperti semu. Bagai bayang yang tak tahu darimana asalnya.

Ia membuka kotak pandora, semua masalah datang bertubi untuknya. Semakin terpuruk, tatkala Kakak Perempuannya menyalahkannya atas semua yang terjadi.

Rumah yang dulu hangat, menjadi hampa. Hidupnya tak lagi bergairah. Semua telah terkubur dalam liang kedua orang tuanya.

“Abid, Anak Lanang, nggak boleh sedih terus. Ada Mamanya Rayyan, Abid bisa panggil Mama.” Kalimat itu yang menghidupkan ublik kehidupan Abid. Ibu dari sahabatnya itu, menyokongnya untuk tidak meratapi nasib.
Azzam Ar-Rayyan, sahabat yang selalu menemani. Sudi berbagi kasih sayang seorang Ibu dengan Abid. Perlahan, Abid tak lagi menepi. Ia mulai merangkak untuk menggapai harapan yang sempat terkubur. Bersama Rayyan, ia mulai belajar untuk menciptakan gairah hidupnya.

“Bro, Lo nginep di rumah Gue aja kalau sepi,” kata Rayyan. Saat itu Abid selalu mengeluh tak betah berada di rumah. Berdua dengan Retno, Kakak Perempuannya namun terasa sepi karena tak ada sepatah kata pun dari Retno.

Sejak ajakan pertama itu, Abid mulai sering tidur di rumah Rayyan. Menghabiskan masa SMA nya bersama Rayyan. Berbagi kasih sayang seorang Ibu dengan Rayyan. Tak ada lagi yang mampu diucap selain terima kasih yang banyak sekali.

“Abid, jangan kalah dengan keadaan. Allah itu Maha Baik, semua akan menemukan titik terang. Begitu juga denganmu, Nak.” Lagi lagi, kalimat Ani, Mama Rayyan yang selalu membuat Abid tak lagi terkubang dalam kesedihan.

Semua tanah milik Abah laku terjual untuk membiayai tiga tahun sekolahnya. Selebihnya, dipakai Retno untuk kuliah kedokteran.

“Bid, Gue nggak mau Lo nyerah sama keadaan,” ucap Rayyan saat menemani Abid di rumahnya.

“Nggak akan. Biarpun Gue penuh luka, tapi Gue ada harapan untuk sembuh.”

Karena Rayyan dan Mamanya, Ani, Abid menjadi semangat untuk hidup. Meski tetap saja ia menjadi sosok yang pendiam, menahan semua luka.

“Bid, Allah nggak mungkin ngasih masalah yang nggak bisa diselesaikan. Semua pasti selesai. Kita hanya bisa memohon pada Allah. Mari, kita mendekat pada-Nya!”

Dari situ, Abid mulai mendekat pada Allah. Ia berpikir, jika hidupnya selalu dirudung luka, setidaknya ia akan bahagia di akhirat nanti jika dia patuh atas perintah dan menjauhi larangan Allah. Rayyan selalu mengajak Abid untuk mengaji, seminggu sekali ikut kajian untuk menambah ilmu. Itu semua sedikit membuat Abid mulai tenang menghadapi semua masalah.

ABIDAKARSA-Sebuah Jalan.(Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang