Assalamualaikum.
Akhirnya bisa update.
Selamat membaca:)Terhitung lima menit yang lalu dia duduk di teras rumah. Memerhatikan Alfath yang sedang main-main di taman mungil pojok rumahnya. Menendang bebas bola kaki, lalu mengejar kemana arah bola itu.
"Al, jangan ditendang ke jalan, Sayang!" Seru Risel.
Alfath yang notabenenya bocah aktif, tak bisa dilarang untuk menendang bebas.
"Wah, ini jagoannya Om Satria, nih! Tendangannya mantap, nanti masuk PSTNI ya Al!" Alfath berlari kecil menghampiri Satria. Mereka saling mendekap, seolah lama tak jumpa. Risel hanya geleng-geleng melihat tingkah Satria pada Alfath.
"Bang Abid ada, Bu Risel?"
"Lagi mandi, Om. Mau ada perlu?"
Satria terkekeh, "Sumpah baru mandi pagi? Ini udah jam sebelas kali!"
"Dari pagi buat kolam di belakang, isi lele lumayan buat kamu kalau makan di sini." Risel terkekeh, diikuti Satria.
Satria menggendong Alfath, membawa Alfath masuk untuk menemui Abid. Baru sampai pintu garasi, dia mengurungkan untuk masuk. "Kenapa?" tanya Risel. Satria tertawa sebentar, "Ada penampakan baru keluar dari kamar mandi hahaha."
Risel merutuki Abid dalam hati. Selalu saja lupa membawa pakain ganti saat mandi. Tahu sendiri Satria kalau sudah di rumahnya, tak ada sungkan.
Satria menurunkan Alfath, membiarkan Alfath berganti memainkan sapu lantai. Digunakannya sebagai kuda terbang, sambil berlari kecil.
Abid yang sadar ada Satria, dia langsung keluar setelah berpakaian. Dia sebenarnya malas bertemu Satria. Modus saja dia, minta diajak keluar supaya makan gratis. Bilangnya saja ada urusan penting, padahal palsu.
"Ngapa, Sat?" Satria menoleh, memerhatikan Abid dari atas sampai bawah. Abang lettingnya itu memang tak berniat untuk pergi keluar. Hanya memakai celana boxer dengan kaos rumahan berwarna putih.
"Bang, lupa sesuatu ya?" Mata Abid menyipit, mencoba mengingat sesuatu.
"Apa, sih?" Akhirnya dia pasrah. Dia tak mengingat apapun yang bersangkutan dengan Satria.
"Bu, Risel. Kemarin malam waktu turun piket, ada yang janji mau ajak saya ke rumah Bu Rini. Tapi orangnya lupa, Bu. Baiknya didenda suruh traktir saya makan bakso aja ini, Bu," kata Satria pada Risel bermaksud menyindir Abid.
Abid langsung menepuk jidatnya. Bibirnya melengkung, menampakkan deretan gigi rapinya. "Astagfirullah, lupa saya. Ganti baju dulu lah saya," kata Abid langsung masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian.
Risel menyusul Abid, membiarkan Alfath bermain dengan Satria. Oh tentu saja kalau sudah bersama Satria, Alfath tertawa tak henti-henti. Satria punya kelebihan, membuat mimik muka menggelikan untuk menghibur anak-anak kompi.
"Mas, ngapain ke rumah Bu Rini?" tanya Risel pada Abid.
Abid berhenti setelah mengancingkan kemejanya, "Mau ketemu aja, ngasih barangnya almarhum Pak Dimas yang diamanin sama Satria. Mau ikut?" Risel menggeleng, "Nggak ah, di rumah aja main sama Alfath."
"Baik-baik di rumah ya, Sayang." Abid mengecup singkat kening Risel lalu berlenggang pergi bersama Satria mengendari mobilnya.
***
Adzan Ashar sudah berkumandang dari tadi. Sebagai hamba, Risel telah melaksanakan kewajibannya. Menunaikan shalat dibarengi Alfath yang rewel. Sebisa mungkin, ia shalat dengan tenang.

KAMU SEDANG MEMBACA
ABIDAKARSA-Sebuah Jalan.(Selesai)
Fiksi UmumIni squel dari cerita yang berjudul 'Sersan, Kau kembali' menceritakan kisah seorang Abidakarsa Abdullah dengan semua lukanya. yang pada akhirnya disembuhkan oleh Aninda Risel Fernisa, belahan jiwanya, Ibu dari anaknya. semua tak berhenti. Ternyata...