Desi dari Abah

3.9K 344 35
                                    

Mira duduk dengan santai di sofa, begitu juga dengan Hana. Di atas meja ada satu map biru dan album foto motif bunga. “Nih, baca aja!” Mira memberikan map itu pada Desi.

Desi meneteskan air matanya, “Jadi aku anaknya Abah Saga? Terus, Ibu kandungku dimana? Kenapa di sini bukan nama Umi Yanti? Dimana Ibu Sarah?”

Hana berdehem sebentar, “Kamu anak dari istri keduanya Saga. Waktu kecil kamu pernah dititipkan di sini saat Sarah memilih pergi.”

“Kenapa Ibuku pergi?”

Karena Yanti tau kebenarannya. Dan Saga lebih memilih Yanti, lalu meninggalkan Ibumu. Ibumu setres, sampai dia memilih pergi dan meninggalkanmu. Saat itu, Saga benar-benar takut kehilangan Yanti dan Abid. Karena itu dia tak pernah menemuimu di sini. Awalnya saya mau mengurusi kamu sampai kamu dewasa dan kukembalikan ke Saga, tapi takdir berkata lain. Saya sedang menghadapi masalah besar dalam rumah tangga, lalu saudara Yanti datang dan dia memintamu dari saya. Toha namanya, orang yang kamu panggil Ayah. Dia sengaja mengambil kamu untuk memancing agar Saga selalu memberikannya uang. Saga selalu mengirimi uang pada Toha untuk kebutuhanmu. Dia tetap menafkahimu.”

Desi menangis tersedu. Berawal dari panggilan masuk yang ternyata dari Mira yang menyuruhnya datang untuk mengetahui kebenaran. Semuanya sudah jelas. Pantas saja Toha tak pernah benar-benar perhatian pada Desi. Lelaki itu terus saja menuntut Desi untuk memberikannya uang. Bahkan kejadian dengan Abid itu pun karena keserakahan Toha yang terobsesi dengan uang.

“Kamu udah tau sekarang, saatnya kamu tepati janji kamu. Aku mau kamu bantu aku pisahin Abid dari Risel.”

Desi hanya pasrah. Ia tak punya kuasa di sini, ia sudah terlanjur mengikat janji pada Mira.

“Desi, perjanjian yang dibuat Wan Toha dengan Umi itu? Benaran?” Desi menggeleng,”Nggak Tahu, Kak. Tapi kurasa itu palsu deh. Ayah Toha ‘kan tau kalau kita kakak beradik, mana mungkin benaran mau dinikahkan.” Abid mmanggut-manggut, lalu menatap Risel yang sedang tertidur. Risel tadi sempat bangun, tapi masih teriak histeris. Dengan usapan lembut, akhirnya Risel tertidur.

“Eh, aku lupa, Kak—“

“Apa?”

“Bisa jadi perjanjian itu benaran, tapi bukan aku. Ayah Toha memang punya anak, Uni Ajeng. Tapi sudah meninggal karena sakit demam berdarah. Ih iya deh, kayaknya memang benaran surat itu. Untung aja Kakak udah nikah sama Mbak Risel, jadi Ayah Toha lebih milih nguras duit kakak daripada nikahin kakak.”

“Maaf, ya. Kamu nggak dapat kasih sayang dari Abah,” kata Abid penuh iba. Desi hanya tersenyum kecut, “Nggak masalah, Kak. Ini sudah takdirku lahir sebagai anak dari istri kedua, lalu diasingkan, dititipkan, sampai akhirnya diberikan pada Ayah Toha,” kata Desi dengan mata berkaca-kaca. Ia sudah tahu semua kenyataan, bahwa ia anak dari istri kedua Abah Saga.

“Rumit sekali ya hidup ini,” kata Abid sambil menerawang atap.

“Jalani aja, Kak. Ada Mbak Risel, jadi pelipur lara hehehe.” Abid juga ikut tertawa, “Sama. Kamu juga, ada suamimu yang membantumu untuk bahagia, kan?” Desi mengangguk, “Ya itulah baiknya Alllah, memberikan kelengkapan untuk kita. Kita diberi jodoh yang mampu melengkapi kita, Kak.”

“Bijak juga adek Kakak ini,” kata Abid lalu mengacak kerudung Desi. “Kamu pulang ke Jakarta kapan? Suamimu kangen nanti.”

“Diusir ya aku?” Desi menampakkan wajah sok sedihnya, “Punya Kakak baru ketemu tapi udah ngusir,” lanjutnya.

“Ya Kakak Cuma memberi tahu sisi seorang suami kalau lagi ditinggal istri. Rindu setengah mati, Des.” Desi tertawa kencang, “Pengalaman banget sih hahaha.”

ABIDAKARSA-Sebuah Jalan.(Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang