Part 10

7.3K 444 2
                                    

"Ugh, Yan ... gue bahagia banget gila!" Brendon memeluk Bianca, menggencetnya keras. "Gue pikir bakalan kayak anime Parasyte, otak gue dimakan, terus ambyar gak tau lagi. Atau film aneh yang aliennya serem-serem gitulah."

"Ish, gak bisa napas gue!" Bianca mendorong Brendon menjauh. "Udah napa, sih?!"

Brendon tertawa pelan. "Ya maaf ... pokoknya gue bahagia banget ...." Keduanya kembali berjalan. "Eh, astaga, ultah lo?! Eh, ka-kata lo udah dirayain, ya? Apa tu alien yang bikin gue ngerayain ultah lo?" Bianca hanya geleng-geleng kepala, malas menanggapi sementara Brendon berpikir keras.

"Pagi, Brendon, Bianca!" sapa seorang gadis.

"Oh, hai!" sapa keduanya balik, namun Brendon kemudian masih memakai big brain-nya.

"Anjir, doi lo nyapa!" Bianca menampar tangan Brendon keras.

Brendon mengaduh. "Uh, apa, sih?" Bianca menunjuk dan Brendon menoleh ke arah tunjukannya. "Eh, eh." Brendon tersenyum lebar, menyugar rambutnya, dan mendekati gadis yang berjalan menjauh berbincang dengan teman-temannya itu.

Ia menyamakan langkah. "Ulang-ulang, ya. Pagi, Selena ...," sapa Brendon.

Gadis mungil berambut cokelat itu menoleh. "Pagi!" sapanya balik.

"Kalian mau ke mana, nih?"

Bianca mengekori sahabatnya itu yang asyik berbincang-bincang dengan si gadis, namun terpaksa terhenti karena seseorang menyentuh bahunya. Menoleh, ditemukannya seorang pemuda yang amat ia kagumi dan hal tersebut membuatnya tersenyum malu-malu.

"Nih, buat lo, selamat ulang tahun!" kata pemuda itu, menyerahkan sebuah kotak mungil ke Bianca.

Bianca menyambutnya, wajahnya begitu bahagia. "Aw, makasih banyak banget, Louis!"

"Sama-sama. Sebenernya mau ngasih kemarin, tapi ... yah, gak mau ganggu kemesraan kalian."

"Kemesraan? Sama Brendon maksud lo?" Louis mengangguk. "Ck, berapa kali gue harus bilang, sih? Gue sama dia gak punya hubungan apa-apa selain sahabat, almarhum ortu gue akrab sama ortu Brendon. Kami sahabatan dari kecil, ya gitu, deh."

"Oh, tapi kalian keliatan akrab banget, sih, kayak pacaran." Keduanya tertawa.

"Enggak, ih." Kemudian ia menatap kado mungil di tangannya. "Ini apa isinya, nih?"

"Isinya ... yah buka aja!"

Buru-buru, Bianca membuka kotak tersebut. Nyatanya, tampaklah sebuah kalung di sana.

"Wah ... cantik banget!"

"Sini, gue pakein!" Louis mengambil kalung itu dan Bianca berbalik, ia mengangkat rambut pirang panjangnya agar memudahkan Louis memakaikan kalung padanya. Setelah selesai, ia berbalik, memegang buah berbentuk mawar di ujungnya. "Wah ...."

"Makin cantik," kata Louis, tersenyum lebar.

"Makasih ...."

"Oh, um ... ya udah, gue pergi dulu, ya!" kata Louis, sebelum akhirnya berjalan menjauh.

Bianca memandangi kalung di lehernya terus-menerus, sampai menuju kelas lagi, ia melakukan itu bahkan sampai Brendon datang dengan wajah bahagianya. "Wuih ... kalung baru? Nyolong dari mana, nih?" tanya Brendon.

Bianca langsung menatapnya kesal. "Yakali nyolong!" Kemudian wajahnya bahagia lagi. "Gue dikasih, hadiah ultah dari Louis."

"Oalah dia ...." Brendon mengangguk paham. "Sebenernya ... dia serius gak sih sama lo? Kerjaannya ngebaperin doang, terus malu-malu kucingan, nembak gak pernah cemen amat!"

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CINTA BEDA SPESIES [Brendon Series - H]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang