Part 4

10.8K 640 13
                                    

"Ih, lo inget ... makasih banyak, ya!"

"Sama-sama!" Setelahnya ia pun keluar dari kelas mereka.

"Duh ... senyumnya ... rahim aku anget, Mas ...." Brendon sadar dari lamunannya berpikir.

"Dih, jijik, catcalling!"

"Apesih, lo!" pekik Bianca, menampar Brendon gemas. "Asal lo tau, ya! Gue gak ada gangguin lo pas lo liatin doi lo, perasaan lo aja kali ada yang nyubit! Atau setan yang suka nempelin elo!" Brendon hanya memutar bola mata. "Duh ... perih tau ...."

"Luka kecil doang!"

"Jam lo tajem! Sakit!" Bianca mengerucutkan bibirnya, sedih.

"Utututu, sini anak Papa, sini ...." Brendon menarik kepala Bianca, memeluknya. "Sini, Papa tiupin, ya ... bruuuttt!"

"Anjing ludah lo!" Bianca menjauh, menampar Brendon kemudian mengelapkan tangannya ke baju pemuda itu. "Jijik!" Brendon hanya tertawa tanpa rasa bersalah.

"Buku paket sama lo, kan? Kerjain, gak?" Bianca tak menjawab, ia mengeluarkan buku paket dari tasnya dan meletakkannya di tengah-tengah mereka. "Eh, gak jadi, deh. Kan besok dikumpul, kan? Kita nobar, gue nemu filem bagus, cuy ...."

"Hah? Film apaan?"

"Film pembunuhan ... pas dia ulang tahun ...." Brendon membuat suaranya diseram-seramkan. Bianca menatapnya malas. "Pembunuhnya sahabatnya sendiri, semua tokoh mati." Bianca tak bereaksi.

"Mm-hm ... terus?"

"Bianca, muka lo makin tua! Delapan belas atau delapan satu besok?" Bianca hanya memutar bola matanya. "Cie yang besok makin tua, ecieciecie ...."

"Mana hadiah gue?" Bianca menadahkan tangannya ke Brendon.

"Besok, besok. Gue gak kepikiran hari ini. Tahun kemarin-kemarin gue ngasih lo apa aja, ya?" Brendon menengadahkan kepalanya, mengingat-ingat masa lalu tentang ibunya yang menyiapkan pesta ulang tahun untuk sang sahabat beserta hadiahnya dan diatasnamai Brendon. "Pokoknya, Yan, gue udah siapin dan bikin ultah lo tahun ini beda dari tahun kemarin-kemarin. Hehe ...."

"Oke, gue tunggu!" Bianca manggut-manggut kepala, dan kala membuang wajahnya Brendon bingung sendiri. "Yah ... rasanya ada yang kurang kalo mamah gak ada."

"Iya, hm ...." Brendon mengangguk setuju. Dan tak lama kemudian ponselnya berbunyi.

Brendon langsung menerima panggilan video itu, dan tampaklah seorang wanita tua memakai baju lab di sana.

"Halo, Sayang-sayangku. Eh, tunggu, astaga, kalian di sekolah? Aduh ... maaf, Mamah lupa kalau jam di sana beda sama di sini." Keduanya hanya tertawa, dan saling berdekatan wajah.

"Gak papa, Mah! Gurunya katanya gak bisa masuk!" sahut Brendon bahagia.

"Aduh, gimana kabar kalian, Sayang-sayangku? Maaf Mamah akhir-akhir ini sibuk banget ... banyak kerjaan ...." Wanita itu menghela napas panjang. "Dan maaf, Bian, Mamah gak bisa pulang ... padahal besok ulang tahun kamu. Dari kemarin-kemarin padahal Mamah udah rencana juga buat nyuruh Brendon nyiapin pesta ultah, tapi seriusan kemarin-kemarin enggak ada waktu buat ini .... Selamat ulang tahun, Sayang."

"Mah, ucapan ultah sama Mamah itu lebih dari cukup ... Mamah segalanya buat aku." Bianca tersenyum hangat, begitupun wanita di hadapannya. Brendon juga ikut tersenyum.

"Brendon, kamu udah siapin semuanya, kan?"

Brendon kikuk sesaat sebelum akhirnya tersenyum lebar. "U-udah, dong, Mah! Tahun ini bakalan terasa beda, serius!" Ia menaikturunkan alisnya.

"Bagus, deh, kalau kamu gak lupa. Ya udah, waktu istirahat Mamah habis ... maaf gak bisa lama-lama, Sayang."

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CINTA BEDA SPESIES [Brendon Series - H]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang