Part 17

5.4K 377 43
                                    

Brendon, yang melihat itu, langsung bangkit dari posisi tiarapnya. Si cacing mulai melompat, Brendon menamengi Bianca ....

"Brendon!"

Makhluk itu menyusup masuk ke mulutnya, membuat Brendon tertepar di lantai, Brendon mengerang merasakan kerongkongannya dilewati secara paksa cacing berlendir itu, terus masuk menuju organ tubuhnya. "Rasa ... sikat WC ...."

Brendon masih mengerang, Bianca bangkit berdiri dan menuju dapur, siap membuat air asin lagi namun nyatanya ... garam habis. Ia panik namun tak ada jalan keluar, dan tanpa disangka ada Brendon di ambang pintu.

"Pe-perut gue ...." Brendon berusaha mempertahankan tubuhnya yang limbung dengan memegang tembok yang ada di sana.

"Bre-Brendon, itu e-elo?" tanya Bianca, ketakutan.

Brendon terduduk di lantai, tubuhnya lemas dan limbung, sebelum akhirnya ... pemuda itu jatuh ke lantai, tak sadarkan diri. Bianca ingin menghampirinya namun ... robot itu yang lebih dahulu datang. Ia kembali mundur, takut.

Kakinya seperti jeli hingga terduduk seketika kala sang robot menatapnya, dan mengeluarkan cahaya biru yang menjadi layar di hadapan Bianca.

"Halo, nama kami Cellulla," kata sebuah suara yang muncul dari robot itu dengan nada bak radio. "Ini adalah bahasa kami yang kami terjemahkan ke bahasa manusia ... kami adalah individu dari planet bernama Sanax, datang ke sini untuk mengobservasi peradaban dunia kalian, bumi, terutama penghuninya ... manusia."

"Hah?"

"Planet Sanax berada di galaksi tetangga Bima Sakti, Galaksi Andromeda yang jaraknya dua koma lima juta tahun cahaya, kami tersembunyi dan terpencil namun cukup maju. Di tahun ini, tanpa sengaja lubang cacing mengirimkan sinyal asing dari planet lain yang berpenghuni ... individu yang hampir mirip dengan suku Jolof ... wadah kami bertahan hidup."

"Ma-maksudnya?"

"Sinyal asing itu membawa sebuah sinyal bernama FTV, dan di sana kami melihat adanya sebuah individu beralat gerak lebih lengkap selayak Jolof, dan lebih cerdas karena pengamatan dari perilaku. Dengan kapal percobaan baru yang bisa menembus satu juta cahaya dalam satu hari, kami mengirim seorang individu ke sini, dan tujuan kami ke sini adalah ... menganilisis manusia apakah mereka bisa sama menjadi wadah kami, dan untuk menambah individu kami. Secara tubuh, manusia lebih lengkap dari dengan Jolof, dan sesuai dugaan nyatanya isinya lebih kompleks, bahkan mengendalikan sepenuhnya pun memakai batasan sepuluh jam, dibatasi lagi sepuluh jam untuk mengisi tenaga untuk mengendalikan manusia lagi. Manusia ... kemungkinan besar tak bisa dipakai menjadi wadah layaknya kaum Jolof ...."

"Ya kalau begitu keluar lo dari badan sahabat gue!" Bianca kesal mendengarnya.

"Akan tetapi, observasi belum sepenuhnya selesai. Rumusan masalah ... apakah manusia bisa dipakai berkembang biak layaknya kaum Jolof? Apakah caranya dengan menyatukan dua kelamin berbeda seperti Jolof ... manusia laki-laki dan perempuan? Aktivitas seksual? Berapa waktu yang dipakai hingga melahirkan, proses awal hingga akhir? Apakah satu setengah tahun layaknya kaum Jolof?"

"What the hell ... alien sange ...."

"Subjek dan objek yang saat ini dipercobakan ... manusia laki-laki bernama Brendon Hadinata, sebagai inang Cellulla, dan manusia perempuan bernama Bianca Gustav. Penelitian akan berakhir setelah rumusan masalah terjawab ... kami akan segera pulang dan tak mengusik manusia lagi."

"Gila ...."

"Mendengar ini, subjek, Bianca Gustav. Dimohon bekerja samanya ...."

"Maksud lo apa, huh?! Lu nyuruh gue ngent*t sama Brendon gitu? Emang gak waras ni alien gila!" Bianca menodong makhluk itu.

"Penelitian tak selesai, maka tidak ada yang pergi walaupun Brendon akan menjadi inang seumur hidupnya. Dan jika penelitian digagalkan karena aksi pembangkangan ... seperti mengeluarkan Cellulla atau memberitahu ke orang lain, maka kami akan mengeliminasi pengkhianat. Ya, membunuhnya." Mata Bianca membulat sempurna. "Kami sudah mengirim informasi ke dalam sistem otak Brendon tentang ini, dan mulai besok ... kami hanya akan jadi pengawas, berbagi tubuh, dan Brendon tetap bisa mengendalikan badannya. Hal ini juga bisa menjadi penghemat tenaga dan membuat kami bisa terus mengawasi objek dan subjek dengan baik."

"Ya udah, terserah ... tunggu Brendon nikah aja sana, ent*tin bininya, jangan gue!" Bianca memutar bola mata. "Palingan abis tamat sekolah ini dia nikah ama Selena, bebas dah tu anak."

Robot itu pun bergerak, melingkari tangan Brendon dan menjadi sebuah jam, dan pemuda itu langsung bangun dengan terperanjat.

Bianca terkesiap. "Lo bisa, gak, bangun gak usah ngaget-ngagetin?!"

"Bian! Bian! Lo harus nolongin gue!" Brendon memohon ke arah Bianca. "Yan, gue gak mau cacingan, Yan!"

"Apa lo bilang? Lo pengen ngentuin gue, huh?! Mau nurutin tu alien, huh?" Brendon panik sendiri, bingung harus berkata apa. "Enggak, enggak, enggak. Lo diem-diem bae aja oke, biarin tu alien di dalam elo, lagian katanya dia biarin elo ngendaliin badan elo, kan?!"

"Anjir! Lo gak paham astagaaaa!!!" Napas Brendon memburu. "Gak enak dirasukin cacing, diparasitin, terus gue semacam kepribadian ganda! Gue ngerasa dikitilin terus gila!!!"

"Ya seng sabar, toh, Nduk! Tunggu ampe lo nikah ama Selena, Selena aja dijadiin anuannya!"

"Kalau dia kenapa-napa gimana, Njer?" Brendon memekik. "Oke, sekarang, kita langsung ke KUA, kita nikah!"

"HAH?!" Bianca menatap tak terima. "Apa lo bilang, huh? Kita masih SMA! Lagian, lo khawatir Selena kenapa-napa, kok lo gak khawatir gue kenapa-napa, huh?! Lo gila, dah, gak waras beneran lo!" Bianca menoyor kepala Brendon.

"Bu-bukan gitu—"

"Kalian tak akan kenapa-napa," kata Brendon tiba-tiba, dengan nada suara datarnya. "Ketika kaum Jolof melahirkan, mereka melahirkan individunya dan individu kami di samping mereka ... biasanya individu baru kami langsung menjadikan individu baru Jolof sebagai inang. Manusia bukan inang pilihan, setelah kami melihat hasilnya, kami akan langsung pergi. Kurasa, akan sama antara Jolof dan manusia karena banyaknya kesamaan ... walau manusia lebih kompleks, itu pun jika memang bisa melahirkan."

"Cellulla?" Brendon panik setelah menyelesaikan kalimat santainya tadi. "Lah, kalau bukan gitu gimana, Njer? Kan manusia lebih kompleks!"

Brendon kembali tenang. "Pengamatanku kebanyakan akurat, aku yang tercerdas di antara yang lain jadi aku dikirim seorang diri di sini."

"Ya udah, kalau gitu lo nunggu aja Brendon ampe nikah ...."

"Bianca!!!"

"Atau suruh dia nyewa cewek di klub gitu, hamilin dah."

"BIANCA!!!" Brendon semakin murka.

"Ya gue ogah sama lo!" Bianca memutar bola mata. "Sabar aja, anggap kepribadian ganda lo, lagian dia keknya bisa nutupin kekurangan lo yang pelupa, g*bl*k, dan keknya dia gak jahat."

"Dia bakalan bunuh kita ...."

"Ya kalau kita ember atau ngeluarin dia dari badan lo, kan? Kalau enggak ya santuy," katanya, Brendon ternganga akan betapa santainya sahabatnya itu. "Kuncinya ya sabar ...."

"Benar Brendon, santai saja, kau bisa anggap aku hanya kepribadian lainmu yang lebih berdedikasi dan cerdas, dan aku muncul membantumu ... bukan untuk mengganggumu. Aku saja akan berusaha sabar ... menuruti ungkapan sahabat mesramu ini hingga kau menikah."

"Anjing! Alien songong!" Brendon mendengkus sebal.

Bianca tertawa melihatnya, layaknya Brendon berbicara pada diri sendiri namun dengan nada suara yang berbeda. "Serah, dah, anjing emang kelean semua! Gue pasrah!" Brendon mendengkus sebal, meski kemudian bergedik jijik. "Hiiih, bayangin cacing segede k*nt*l di dalam badan lo, jijik, anjir, geli gue!" Seluruh tubuhnya merinding geli.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CINTA BEDA SPESIES [Brendon Series - H]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang