Part 39

4.9K 353 25
                                    

Beberapa hari setelahnya ....

Brendon dan Bianca tengah menonton televisi, film terbaru, ketika seseorang mengetuk pintu. Brendon spontan berdiri dari duduknya, berjalan keluar, dan menemukan ibundanya serta seorang pria di belakang mereka membuat wajahnya bahagia.

"Eh, Mamah! Eh ... itu siapa?" tanya Brendon.

Bianca yang mendengar itu, ikut menuju depan, dan menemukan sosok yang amat ia rindukan itu ia langsung memeluknya erat.

"Hai, Sayang-sayang Mamah ...." Ibundanya ikut memeluk Brendon yang masih terheran sejenak, sebelum akhirnya melepaskan pelukan. "Ini, hadiah buat kalian ...."

"Ah, makasih banyak Mamah!" Bianca menerima bingkisan banyak itu ke tangannya, kemudian menoleh ke arah pria tua di samping ibunya. "Eh, mm ... temen Mamah, ya? Ayo masuk! Masuk!"

"Iya, kenalin, ini Robert ... gak hanya temen Mamah ... dia juga ... calon ayah kalian." Mata keduanya membulat sempurna.

"Oalah, bapak baru, toh!" Brendon setelahnya manggut-manggut paham. "Ayo, Calon Papah, masuk!"

"Masuk, Calon Papah!" Dengan kompak sepasang muda-mudi itu mempersilakan masuk.

Robert mengangguk dan masuk. "Kupikir akan sulit," bisik pria itu ke Susan, Susan hanya tertawa.

Kini mereka sampai di ruang keluarga, kedua orang tua itu duduk di sofa.

"Mau minum apa?"

"Mungkin teh hangat saja?"

"Siap, Calon Papah!" Bianca dan Brendon kini melangkah ke dapur meninggalkan keduanya di sofa, menyiapkan makanan serta minuman.

"Anak itu kelihatan baik-baik saja, apa dia terbiasa?"

"Yah ... di CCTV itu ia kelihatan baik-baik saja. Mungkin benar, itu alien yang ... bersahabat?" Susan menggedikan bahu.

Brendon datang lagi ke mereka, meletakkan nampan berisi teko berisi teh hangat dan gelas di sana, ia juga mematikan televisi kemudian.

"Mah, Mamah pulang tiba-tiba gak ada kabar ... kejutan buat aku sama Bianca, ya?" tanya Brendon, tersenyum lebar, kemudian menatap pria tua itu dengan wajah akrabnya. "Mamah aku cantik, kan, Calon Papah?"

Robert tertawa geli.

"Brendon, kamu ini ...."

"Kan calon suami, calon ayahku, ya aku harus akrab-akrabin diri, kan?" Brendon menaikturunkan alis tebalnya. "Udah rencana bikin adek berapa?"

"Brendon, astaga ...." Ibunya memijat kening sementara Brendon dan Robert tertawa. "Omong-omong, Sayang, kamu sama Bianca sehat-sehat aja, kan?" Ia memegang pipi putranya itu.

"Baik, kok, Mah ... Mamah punya firasat buruk kemarin-kemarin, ya? Yah ... aku jaga Bian dua puluh empat jam, terus! Mamah santai aja." Ia menunjukkan kedua jempolnya, dan tak lama kemudian Bianca datang bersama makanan kue-kue kering.

Ia duduk di samping sang wanita, Susan, sementara Brendon duduk di samping calon ayahnya, Robert.

"Huh ... ada apa, sih?" tanya Brendon pada diri sendiri, ketiganya memperhatikan pemuda itu yang kemudian menjauh tanpa sepatah kata dari mereka sambil memegang dadanya.

"Bianca ... Brendon kenapa?" tanya sang ibu dengan lembut.

"Dia keknya kebanyakan makan saus sambal, Mah." Bianca menggedikan bahu.

"Kalian selama ini gak kenapa-napa, kan?" Bianca menatap ibundanya, bingung.

Sementara itu, di toilet, Brendon menggeliat geli. "Lo apa-apaan, sih? Gerak-gerak di badan gue? Gak enak tau anjir! Diem aja bisa?!"

CINTA BEDA SPESIES [Brendon Series - H]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang