Kedua sahabat itu berjalan bersamaan dengan saling menggandeng leher, tampak begitu bahagia di sana hingga akhirnya keduanya sampai di parkiran. Brendon membuka bagasi, menyerahkan helm ke Bianca, kemudian memakai yang lain untuk dirinya.
"Bren, karena lo hari ini otaknya encer ... kita ke minimarket dulu, beli bahan-bahan, gue mau buatin makanan favorit lo, pinneapple cheeseburger with teriyaki sauce!"
"WOHO!!!" teriak Brendon gembira.
Naik ke motor, Brendon dan Bianca pun menuju ke minimarket. Keduanya masuk ke sana dan seorang pelayan menyambut dengan ramah.
Sementara Bianca menuju ke bagian rak makanan mentah segar, Brendon menatap sekitaran dengan penasaran, berjalan ke sana ke mari hingga berpapasan lagi dengan Bianca yang mengangkat daging beku burger di tangannya.
"Lo mau sekalian hotdog?" tanya Bianca, mengangkat sebungkus sosis dari lemari pendingin khusus itu.
"Gue udah punya, lebih gede lagi." Bianca memutar bola mata, ia meletakkan sosis itu lagi kembali ke lemari. "Eh, mau-mau! Haelah ...."
"Dasar!" Gadis itu mendengkus pelan. Ia kemudian menuju ke area sayuran, mengambil sayur-sayuran di sana dan Brendon mengekori. Setelahnya ke bagian bumbu dapur.
Brendon sesekali iseng mengambil beberapa barang untuk ia lihat-lihat dan Bianca layaknya sang ibu, mengambil benda di tangannya dan meletakkannya ke tempat.
"Lo gak beli snack-snack?" tanya Bianca, menatap keranjang di tangannya yang sudah lengkap.
"Lo duluan aja ke kasir, gue mau ngambil makanan dulu!"
Bianca pun ke kasir sementara Brendon menuju ke area makanan ringan, mengambil banyak makanan di sana, sebelum akhirnya datang lagi dan membuat Bianca mendengkus sambil geleng-geleng kepala.
"Imbangin nutrisi lo, entar mati muda," kata Bianca sementara kasir mulai menghitung belanjaan mereka.
Brendon hanya menyengir lebar dan kasir menghitung semuanya, setelahnya pun mereka membayar dan kini menuju ke rumah Brendon. Keduanya baru masuk ke ruang depan ketika Bianca ternganga melihat sekitaran.
"Brendon?!" teriaknya, Brendon terperanjat. "Kok bisa seberantakan ini, sih, Bajing?!" tanyanya, menatap murka sahabatnya itu.
Brendon menggigit bibir bawah. Sementara Bianca masih menatap sekitaran. Buku-buku pelajaran bahkan terlempar keluar ... semuanya penuh kegabutan.
"Ini gegara lo gengges pagi tadi, ya, huh?! Atau apaan?!"
"Rrr ...." Brendon mengingat saat waktu itu, di mana Brendon yang asli mengamuk melawan dirinya, menghamburkan segalanya hingga ia sepenuhnya mengambil alih. Lalu, saat pagi tadi, Bianca yang menunggu di luar menyuruhnya buru-buru menyiapkan segalanya untuk sekolah dan seakan tak peduli sekitaran, hanya mengepak bukunya yang ia pilah dengan dilempar keluar kamar. "Lo masak aja, biar gue yang ngerapiin ini ...."
"Bagus." Bianca pun menuju ke dapur sementara Brendon yang membawa belanjaan mengekori. Meletakkan semua itu ke meja, ia pun ke depan.
"Huh ... Brendon yang melakukannya, bukan aku," katanya, sebelum akhirnya mulai berkemas. Selesai itu, tubuhnya kelihatan lelah, dan ia duduk di sofa. "Hampir sama dengan makhluk kita, bukan? Kemampuan perasa menyatu ...."
"Makanannya udah siap ...."
Mata Brendon berbinar, sementara Bianca yang datang meletakkan makanan yang berupa beberapa burger, hotdog, serta cemilan dan saus ke atas meja. Pemuda itu menjilat bibirnya sementara Bianca menuju ke arah DVD Player berada.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA BEDA SPESIES [Brendon Series - H]
عاطفية18+ Brendon memeluk erat Bianca. "Brendon!" pekik Bianca, meronta, namun kekuatan Brendon terlalu kuat daripada dirinya. Pemuda itu diam, dan kini wajahnya masuk ke tengah-tengah area dada Bianca. Bianca memekik. "BRENDON GILA LO SANG*!" Bianca men...