Part 8

7.8K 469 14
                                    

"Ck, iya, iya ...." Brendon siap pergi, namun tangannya ingin mencomot ceri di kue ulang tahun itu.

"Nanti gue bilang!" Bianca menampar tangannya. Brendon merengutkan bibir layaknya anak-anak sebelum akhirnya ia pun mandi di kamar tamu sementara Bianca di kamar mandi yang ada di kamarnya.

Setelah selesai, keduanya tanpa disangka memakai baju couple merah biru BFF dengan bagian B dan setengah F ada di Bianca dan setengah F dan F ada di Brendon. Keduanya tertawa sebelum akhirnya membersihkan rumah yang dikotori sirup. Selesai hal tersebut, mereka pun makan bersama.

"Gimana, rate satu sampe sepuluh?" tanya Brendon, sambil memakan es krimnya.

"Bagus, sih, bagus. Tapi sebenernya gue udah tau rencana lo dari tadi pagi."

Brendon memanyunkan bibirnya. "Masa? Keliatan real tadi, tuh!"

"Yah ... jumpscare-nya oke juga. Delapan, deh." Brendon tersenyum lebar. "Soalnya beda, yah ... walau pake acara ngotorin rumah gue segala!"

"Akting ini, akting! Makin nekat makin bagus!" Bianca hanya memutar bola mata.

"Oh, astaga, bjir!" Bianca memegang keningnya sementara Brendon mengerutkan kening. "Woi, tugas, besok diperiksa!"

"Ya udah, kerjain aja besok, kan Pak Gerard masuknya jam terakhir, kan?"

"Ah, bener juga lo!" Bianca manggut-manggut setuju.

"Gue nginep, ya. Males pulang."

"Iyo, iyo."

Menyelesaikan makan mereka, Bianca kini masuk ke kamarnya sementara Brendon ke kamar tamu. Pemuda itu duduk di kasur yang ada, begitu kelelahan ....

"Astaga ... bagaimana mungkin ini bisa begitu melelahkan?" tanyanya pada diri sendiri, kemudian melihat ke arah jam tangannya. Di sana terpampang waktu ....

10 ... 9 ... 8 ... 7 ... 6 ... 5 ... 4 ... 3 ... 2 ... 1 ....

Brendon tertidur seketika.

"Analisis ... bertahan 10 jam ... pengisian tenaga 10 jam ...."

"Ah ... hoam ...." Brendon menguap bangun dari tidurnya, kesadarannya belum sepenuhnya pulih hingga matanya tak benar-benar terbuka. Ia dudukkan badannya, sebelum akhirnya bangkit, berjalan keluar bak zombie hingga ke ambang pintu.

"Morning, syukur bangun jam segini," kata Bianca yang keluar dari dapur.

"Morning," sahut Brendon dengan suara serak khas bangun tidur. "Eh, tunggu?" Matanya langsung membulat sempurna, seketika ia panik. "Cacing?! Cacing?! Robot cacing?!" pekiknya panik.

"Lo kenapa, sih, gila?" Brendon menghampiri Bianca yang masih heran, memegang dua bahu gadis itu dan menatap sekitaran sejenak sebelum akhirnya sosok di depannya. Ia menenggak saliva. "Yan, lo beneran Bian, kan?"

"Lo kenapa, sih?!" Bianca menghempaskan tangan Brendon. "Cacing, cacing ... udah aktingnya astaga!"

"Akting?! Gue serius, lo dalem bahaya!!!" Brendon bersikeras. "Jadi, tuh, ya ... dengerin! Dengerin gue!"

"Hm ...." Bianca memutar bola mata.

"Pas gue pulang sekolah ... ada robot ... jam gue ...." Brendon menatap ke tangannya, seketika panik sendiri dan melepaskan jam itu, sebelum akhirnya melemparkannya ke lantai.

"Anjir! Brendon! Kenapa, deh?!"

"Itu robot, Yan! Robot!" Bianca menatap semakin heran. "Di-di dalem sana, ada cacingnya, dan cacingnya mirip jerry gue ... terus ... terus cacingnya ... CACINGNYA MASUK KE MULUT GUE!" teriaknya.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CINTA BEDA SPESIES [Brendon Series - H]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang