Part 22

5K 353 7
                                    

"Iya, Ibu kasih lima buat MTK kamu yang remedial kemarin, jadi delapan puluh." Brendon semakin gembira.

Dan akhirnya, istirahat, siswa siswi dan guru keluar dari kelas kecuali Brendon dan Bianca dan beberapa anak lain, Brendon masih berbangga diri akan kehebatannya menyelesaikan soal itu.

"Wuih ... enak dong pas ujian kalau ada Cellulla." Brendon tersenyum lebar. "Lo bantuin gue, kan, Alien yang baik hati dan tidak sombong?"

"Yeeee enak aja!" Bianca menegur. "Kalau soal itu harus bisa sendiri, lo! Jangan mau enaknya aja! Entar keterusan cheat terus, kebiasa cheat, pas tua dan Cellulla cabut, lah nasib lo gimana?! Jadi koruptor?!"

"Yeeee gak mungkin lah! Bilang aja lo iri ... entar gue contekin, deh!" Brendon memainkan alisnya naik turun.

"Pokoknya enggak bisa, lo harus belajar, Brendon. Cellulla Cellulla, elu elu, ya lo harus bikin otak lo sendiri gak cetek dari usaha lo sendiri! Ini demi kebaikan lo di masa depan juga!" kata Bianca panjang lebar dan Brendon hanya memutar bola matanya. "Lulus dari hasil ujian sendiri lebih memuaskan daripada hasil boong-boongan!"

"Geh, iri doang itu!"

"Bianca benar, Brendon. Kau tidak bisa memanfaatkanku sebagai ... yah, penutup kebodohanmu."

"Excuse me?!" Brendon tak terima.

"Intinya, kau harus bekerja keras sendiri untuk mendapatkan apa yang kau mau. Secara instan denganku? Masa depanmu bisa gagal seperti itu ... aku, suatu saat nanti, akan pergi dari sini!" Bianca tersenyum lebar, kemudian Brendon menghela napas panjang.

"Iya, iya. Sekongkol lo berdua!" Brendon memutar bola matanya. "Lagian ... gue punya bakat."

"Serah lo! Eh, iya, roti dari Louis!" Bianca mengeluarkan sebungkus roti dari bawah lacinya. "Untung gue simpen, hehe ...." Brendon menatap malas gadis itu. "Kenapa, lo mau?"

Brendon menggeleng. "Gak mood makan!"

Dan setelahnya pun, Bianca makan siang, sementara Brendon menggambar sesuatu di buku tulisnya. Ia baru menyelesaikan gambarnya ketika seorang gadis bersama pensil dan buku gambar masuk ke kelasnya, menghampiri pemuda itu.

"Mm ... hai Brendon." Mendengar suara itu, Brendon yang murung mendongak, matanya berbinar menemukan Selena di hadapannya.

"Eh, Selena. Ada apa?"

Selena tampak malu-malu, Bianca memperhatikan saja, dan gadis itu kini melirik apa yang digambar Brendon. "Wah, keren banget ... itu apa?"

"Ini!" Brendon menunjuk gambarannya. "Ini robot laba-laba."

"Terus di kepala robot laba-laba itu apa? Rrr ...."

"Itu bukan palkon, itu alien." Selena menggigit bibir bawah, tersenyum geli. "Alien mesum namanya."

Ia kemudian tersenyum lebar. "Gambar lo bagus banget, ya. Kata yang lain juga lo pinter gambar. Sering komisi, kan? Kalau full body berapa?"

"Eh, kenapa? Lo minta digambarin?" Selena mengangguk malu-malu. "Full body versi apa? Realis? Semi?"

"Mm ... gambar gue Brendon. Tapi dibikin kek karakter anime, bisa?"

Brendon mengangguk. "Bisa, dong, bisa! Buat lo ... khusus, gratis, deh!" Brendon tersenyum lebar.

"Wah ... makasih banyak, Brendon! Tapi apa gak papa? Gue gak enak, Brendon. Soalnya pelukis kek elo ...."

"Udah,gak papa! Apa, sih, yang enggak buat si cantik Selena." Brendon tersenyum lebarsementara Selena tersenyum malu-malu, kedua pipinya memerah. "Ya udah, sini,gue gambarin. Pas pulang langsung jadi. Mana fotonya?"

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CINTA BEDA SPESIES [Brendon Series - H]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang