Part 24

4.6K 361 12
                                    

Setelahnya, keduanya kini menuju ke kelas Selena ....

Terlihat, Selena tengah berbincang dengan teman-temannya dan Brendon menghampirinya. "Nih, lukisan lo!" Brendon menyerahkan kertas dan pensil ke hadapan Selena.

Gadis itu tersenyum lebar. "Wah, bagus banget!" pujinya, Brendon tersenyum lebar. "Brendon, makasih banyak, ya." Ia mengambil benda itu, mengaguminya.

"Bagus, deh, kalo lo suka ... sama-sama, Cantik!"

"Ih, banget bagus ... gue mau juga, dong, Brandon!"

"Gak! Lo spell nama gue salah, males!" Brendon mendengkus sebal sementara Bianca tertawa.

"Haelah ... maaf-maaf, Brenden."

"BRENDON!!!" Emosi Brendon naik ke ubun-ubun menatap teman Selena, sementara yang lain hanya tertawa. "Ya udah, cabut, Yan!" Sambil menarik tangan Bianca, keduanya pun keluar dari kelas.

Selena menatap mereka, sendu.

"Sel, sebenernya dia beneran suka sama lo, gak, sih? Kok dia mesra terus ama Bianca sahabatnya, gak ada nembak-nembak elo pula!" kata temannya.

Selena menghela napas. "Gue juga enggak tahu ...."

"Apa dia cuman tebar pesona doang ke elo?"

Selena menggeleng. "Brendon bukan tipe begitu, kok ... Liat aja sama cewek lain, kecuali Bianca, dia cuek bebek." Ia menunduk sedih. "Padahal gue nolak semua tembakan, biar dia nembak gue ...."

"Hm rumit juga ...."

Bianca dan Brendon sampai di parkiran, menaiki motor berboncengan sebelum akhirnya menuju ke sebuah gerobak jualan yang menjajakan sate. Keduanya turun setelah memakirkan motor dekat di sana, dan memesan makanan.

Duduk berduaan di kursi yang tersedia, Brendon menghela napas lega.

"Cellulla, gue penasaran satu hal lagi!"

"Hm?" Brendon menoleh dengan santai.

"Lo, kan, bentuknya cacing. Kok punya tentakel gurita?"

"Tidak ... tidak hanya gurita, aku bisa membuat tubuh ini meniru dan membentuk banyak bentuk, tapi risikonya terlalu banyak tenaga terkuras. Di ingatan Brendon cukup banyak bentuk, mungkin karena bakatnya menggambar benda." Bianca manggut-manggut paham. "Ada yang ingin kau tanyakan lagi, Miss Kepo?"

"Brendon?!" pekik Bianca kesal, sementara Brendon tertawa.

"Gampang, ya, nipu-nipu begini ... tinggal ubah nada suara aja." Brendon tertawa lagi. "Susah keknya bedain gue sama si alien songong ini."

"Gampang, coba jawab lapisan di daun apa aja?" Brendon ternganga, walau setelahnya ia menjawab dengan rinci.

"Nah, yang b*g* Brendon, yang pinter Cellulla."

"Bjir!"

Terlihat, dari taman, sebuah bola milik anak-anak melayang ke tengah jalan. Beberapa anak kecil itu pun langsung berlarian ke arah jalanan tanpa melihat sebuah truk besar berkecepatan sedang melintas.

Brendon dan Bianca baru menyiapkan pesanan di meja, siap makan, namun melihat anak-anak itu tanpa disangka, layaknya Flash, Brendon berlari ke sana.

Ia mengangkat tiga anak itu sekaligus, mengapitnya ke ketiaknya, dan membawanya ke pinggir jalan sebelum truk melindas mereka. Anak-anak itu langsung menangis syok sementara ibu-ibu mereka menghampiri, memeluk mereka setelah Brendon menurunkannya.

"Astaga, Nak! Terima kasih banyak!" Brendon ternganga, ia hanya mengangguk-angguk tak paham.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CINTA BEDA SPESIES [Brendon Series - H]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang