Part 7

8K 502 12
                                    

Ding! Ding! Ding!

Jam besar itu berdentang keras kala menandakan tengah malam, namun Bianca yang tertidur pulas tetap tertidur dengan nyenyaknya meski posisi begitu tidak elit karena bantal di kaki dan bagian kaki ia tempati kepalanya. Meski demikian, gadis itu begitu tenang ....

Namun tiba-tiba ....

Prang!

Bianca hanya menggaruk pipinya akan suara keras hamburan di dapur.

Tap ... tap ... tap ....

Suara langkah terdengar, Bianca mulai sedikit terusik. Ia menarik ingusnya.

Pintu terbuka, cahaya yang masuk dan menyentuh wajah Bianca membuatnya mengerjapkan mata, kala matanya terbuka di kegelapan ia lihat seonggok manusia berdiri bersama bayangan pisau di tangannya.

"Hah?! Siapa, tuh?!" pekiknya panik, langsung menyalakan lampu kamarnya.

Tidak ada siapa pun di sana, namun pintu terbuka dan di bagian bawah sana ... ada sesuatu seperti darah berceceran. Bianca tersenyum kecil, mengingat ungkapan Brendon soal film itu, "Film pembunuhan ... pas dia ulang tahun .... Pembunuhnya sahabatnya sendiri, semua tokoh mati." Namun kemudian ia berpura-pura ketakutan.

"Siapa di sana?" tanyanya, bangkit dari tidurnya, mulai melangkah keluar kamar dan ketika baru membuka pintu semua lampu di luar mati. "Hah ...." Ia kaget. "Gila, sekalipun cuman skenario, Brendon pinter juga nakutin orang ...," gumamnya berbisik.

Hanya lampu di dapur yang didapatinya menyala, dan ada jejak kaki darah yang mengarah ke sana diakhiri dengan genangan darah ....

Pelan tetapi pasti Bianca menghampiri, terus ke sana, dan ia menarik napas menemukan seonggok tubuh tergeletak di atas genangan.

"Brendon ...." Tubuh itu, Brendon, tergeletak dengan pisau tertancap di keningnya. Meski sadar palsu, tetapi Bianca tetap merasakan hawa-hawa horor di sana. Matanya berkaca-kaca dan ia menghampiri tubuh sahabatnya itu. "Brendon ...."

Suara langkah terdengar di belakang Bianca, ia menoleh ke belakang menemukan manusia bertopeng dengan banyak tentakel mendekatinya sambil mengangkat pisau ke udara.

"Hah ... hah ...." Napas Bianca memburu, terduduk di genangan darah sahabatnya.

Dan ia berteriak sambil menutup mata kala pisau ditebaskan ....

Namun tak terjadi apa-apa.

"Happy birthday to you!" Malah, nyanyian dari banyak suara yang ada. Bianca membuka mata dan menemukan sebuah boneka bertentakel yang kala menghunuskan pisaunya, di pisau itu keluar ucapan selamat ulang tahun serta suara Brendon hasil rekaman.

Kemudian, suara Brendon yang asli yang ikut bersenandung terdengar, Bianca menoleh ke sampingnya dan menemukan sahabatnya itu tertawa geli. "Happy birthday to you ...." Ia mulai bangkit duduk, sambil menjilati darah yang ada di lantai bersamanya. "Sirup manis ...." Lalu mengajak Bianca yang masih syok berdiri.

Di atas meja dapur, tersaji banyak makanan kesukaan Bianca, termasuk kue ulang tahun berlilin 81 di sana.

"Selamat ulang tahun ke delapan puluh satu, Beb!" Brendon tersenyum lebar, begitupun Bianca yang tersenyum malu-malu.

"Ih ... makasih banget, Beebo!" Bianca memeluk Brendon yang balik memeluknya. Dan, ia sadar sesuatu. "Anjir! Seisi rumah lo cemongin sirup! Astaga ...." Bianca melepaskan pelukan, bagian tubuhnya kini terkena bercak-bercak sirup merah yang manis.

"Enak, kok, enak!" Brendon menjilat tangan Bianca dan gadis itu langsung menamparnya.

"Mandi, terus bersihin semuanya! Baru kita makan bareng!"

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CINTA BEDA SPESIES [Brendon Series - H]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang