"Ya udah, kerjain sekaranglah!" kata Brendon dengan santainya.
Bianca yang panik duduk di salah satu bangku yang ada di sana, begitupun Brendon. Ia membuka halaman tugas dan panik lagi karena bingung akan jawabannya.
"Gue gak mau nilai gue jeleeeek!" Bianca merengek. "Mana soalnya penalaran lagi, gue mana bisa mikir sesingkat itu!"
"Oh itu gampang!" kata Brendon.
Bianca menatapnya dengan alis naik. "Lo jangan coba-coba jawab ngasal, ya!"
"Jadi ini, tuh, gini!" Brendon menjelaskan satu soal, memberikan jawabannya, dan Bianca membulatkan mata sempurna.
"Wah, tumben otak lo encer! Apa karena sehabis berak, otak keres lo ikutan keluar?"
"Ngaco lo! Ini penalaran, jawaban nyari via logika, lah! Bayang-bayangin aja!"
"Ah, bener juga, lo suka ngehalu jadi gampang!" Brendon memutar bola mata. "Soal yang lain lagi, nih!" Brendon mendekatkan badannya ke Bianca, melakukan skinship-nya sambil mengerjakan tugas mereka.
"Woi, yang ketiga setan, yang ketiga setan!" tegur salah satu anak yang lewat, keduanya menoleh ke arah mereka yang kemudian kabur berlari.
"Elo setannya!" teriak keduanya bersamaan.
Dan keduanya seakan tak peduli, tetap mengerjakan hingga akhirnya selesai. Brendon dan Bianca kembali ke kelas, perasaan mereka begitu lega sekarang.
Mata Bianca tanpa sengaja menangkap jam yang terpampang di tangan Brendon. "Lah? Jamnya ... bukannya lo buang?"
"Cie yang kebuai akting gue cie ...," ejek Brendon, Bianca memutar bola mata. "Ogah gue ngasih jam gue ke elo, kesayangan gue, nih! Beli pake duit hasil jual komisi!" katanya bangga, Bianca hanya memutar bola mata.
"Akting lo macam orang gila tau, gak?!" Brendon hanya tertawa sementara Bianca merengut.
Brendon langsung mengubek-ubek pipi gempal tersebut gemas. "Bwendon! Wepasin anjwing!" pekik Bianca sementara Brendon terus gemas.
"Muach! Muach! Muach! Pipi bakpao!"
"Bwendon!" pekik Bianca, mendorong Brendon yang akhirnya melepaskan pegangannya dan mengelap pipinya yang penuh basahnya liur Brendon yang tadi menciuminya. "Gila lo! Rasain, nih!"
Bianca membalasnya, mencekik leher pemuda itu dengan ketiaknya, namun karena kekuatan Bianca yang tak seberapa Brendon hanya tertawa dan berpura-pura meronta. Ia balik memeluk Bianca dan bergulat.
Dunia seakan milik berdua dan yang lain hanya bisa memperhatikan ....
"Astaga, kalian!" pekik sebuah suara, keduanya langsung terdiam akan bentakan itu.
Guru masuk.
Sang guru geleng-geleng kepala. "Kalau mau pacaran, sana di luar, jangan di kelas saya!"
"Ma-maaf, Bu ...," kata keduanya bersamaan, walau kemudian bersamaan lagi memekik. "Tapi kami enggak pacaran!"
Sang guru hanya geleng-geleng kepala. "Kita mulai pembelajaran hari ini."
Belajar lagi dan lagi, hingga akhirnya mereka pun pulang. Bianca dan Brendon begitu bahagia kala keluar kelas.
"Uwu! Dapet A+ dari Pak Gerard!"
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA BEDA SPESIES [Brendon Series - H]
Romantizm18+ Brendon memeluk erat Bianca. "Brendon!" pekik Bianca, meronta, namun kekuatan Brendon terlalu kuat daripada dirinya. Pemuda itu diam, dan kini wajahnya masuk ke tengah-tengah area dada Bianca. Bianca memekik. "BRENDON GILA LO SANG*!" Bianca men...