Part 15

5.2K 394 11
                                    

Bianca menatap kesal. "Lo kenapa, sih?!"

"Bian, Bian, makhluk itu ada di dalam gue! Dia di dalam gue!" katanya panik.

"Maksud lo apa, sih?!" Bianca sebal dengan temannya ini.

"Cacing itu, serius! Dia masih ada di dalem!" Brendon panik. "Percaya atau enggak, pas gue ke WC pas di sekolah, gue gak sadarkan diri. Dan pas bangun, gue udah di sini aja! Gue yakin dia ngendaliin badan gue! Lo percaya sama gue!"

"Lo ngomong apa, sih, huh?! Gue gak paham, asli! Udah stop aktingnya, Gila!"

"Gue gak akting, Bianca!" Brendon bersikeras. "Oke, sekarang, bawa gue ke rumah sakit khusus bedah, dia ada di dalam gue!"

"Lo gila, ya?!"

Brendon memegang kepalanya. "Gue gak tau gue udah gila atau apa tapi yang gue ngomongin nyata! Nyata!" Mata Bianca membulat sempurna, wajah Brendon begitu memelas pasrah. "Scan aja, gue yakin ada makhluk asing itu, di dalam gue! Eh, bentar, ikut gue!"

Brendon menarik tangan Bianca. "Bren, ke mana?!"

Ia tak peduli, dengan was-was pemuda itu membawa Bianca masuk ke dalam kamar, membuka laptopnya kemudian dan membuka CCTV.

Diperlihatkannya rekaman saat itu ....

Mata Bianca membulat sempurna melihat rekaman di mana kala jam sang sahabat, Brendon, itu berubah menjadi robot, kemudian robot itu mengeluarkan cacing sebesar ular dengan kepala bunga lotus, dan Bianca menutup mulut ketika makhluk itu masuk ke mulut sahabatnya.

Bianca menatap Brendon. "Ini beneran elo, kan!?" teriaknya, memegang kedua pipi Brendon.

"Ini gue! Tapi ... itu dia!" katanya, menunjuk ke arah rekaman lagi, dan terlihatlah Bianca datang, kejadian itu terjadi.

Brendon mengamuk bergulat dengan diri sendiri serta tentakel itu, hingga akhirnya ia masuk ke kamar. Keluar dari sana, ia kelihatan ... menjadi orang berbeda.

"Dan setelah itu, gue yakin gue ke rumah lo, dan gue sadar pas paginya! Tapi pas siang lagi, pas jam kedua di mana gue mau ke WC, gue kesambet si cacing lagi!"

"Jadi ... yang ngerayain sama gue ... cacing mesum itu?" Brendon mengangguk sedih. "Berarti dia baik dan lebih perhatian, dong. Elo aja lupa ultah gue!"

Brendon menggeram. "Dia bahaya anjir! Gimana kalau dia baikin elo, biar dapetin elo, bisa-bisa lo dia makan!" Bianca kelihatan ketakutan.

"Ini masih elo, kan, Bren?"

"INI GUE!" Brendon menggeram.

"Kali aja ... soalnya dia pinter banget nyamar jadi elo, walau lebih baik, sih. Pinter juga." Brendon memutar bola matanya. "Tapi, ew, serem juga ... dia masih di dalam elo, kan?"

"MASIH ASTATANG!"

"Gak usah ngegas!" Bianca kesal. "Keluarin atau enggak, nih? Kali aja dia beneran cacing baik."

"BIANCA!"

"Bercanda, bercanda!" Bianca tertawa pelan sementara Brendon masih panik.

"Lo, kok, santai banget, sih?! Ini jahat, jahat!" Brendon menggeram dengan wajah sedih. "Dia s*nge, pengen ngent*tin elo!"

"YA LORD!" Bianca kaget, Brendon memutar bola matanya. "Ya udah, ini gimana caranya ngeluarin dia, deh?! Ini masih elo, kan?!"

"Ini gue, berapa kali gue harus bilang, sih?!" Brendon kesal sendiri. "Kita ke rumah sakit bedah, langsung minta bedahin!"

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CINTA BEDA SPESIES [Brendon Series - H]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang