Part 14

5.2K 341 6
                                    

"Eh, kaset film-film roman baru yang gue titipin ke elo mana?" tanya Bianca, mata Brendon membulat sempurna. "Brendon, jangan bilang lo pindahin!"

"Ada, kok, ada! Bentar!" Brendon buru-buru bangkit, menuju kamarnya, dan bertepatan itu jamnya melompat dari tangan ke atas kasur. Membesar menjadi robot berkaki delapan dan Brendon menadahkan tangannya.

Saat itulah, ia seakan memuntahkan isi dari mulutnya yang membesar terbuka di bawah cahaya merah, puluhan kaset-kaset keluar dari sana.

"Huh ... syukurlah."

Buru-buru, si pemuda menuju ke ruang tengah lagi, menyerahkan kaset-kaset itu ke Bianca. "Syukur gak ilang! Kalau ilang langsung gue denda lima milyar lo!"

"Anying, kasetnya harganya gak seberapa!" Bianca hanya memutar bola mata, mengambil kaset itu dari tangan Brendon, kemudian memilahnya. Satu ia ambil sebelum akhirnya memasukkannya ke DVD Player, kemudian duduk di samping Brendon.

Brendon tersenyum kecil sambil memakan burgernya.

"Enaknya astagaaaaaaa ...." Brendon mendesah keenakan, dan mulai makan dengan lahap. Bianca mengambil hotdog dan memakannya.

Film mulai terputar dan keduanya pun menonton bersama ....

"Ending-nya pasti ini cowoknya mati," kata Brendon tiba-tiba.

Bianca membulatkan mata sempurna. "Tahu dari mana lo?" Dan memang, di akhir, nyatanya si pemeran pria mati akibat penyakit yang disembunyikannya. "Lo nonton ini, ya?! Kan gue bilang jangan ditonton dulu kecuali bareng!" Bianca tampak tak terima.

"E-eh ... e-enggak, gue gak nonton!" Brendon menegaskan diri, mencari alasan. "Gue nebak itu karena bukannya sepanjang alur si cowok misterius, ya? Tuh, liat, penampilannya juga cem orang kurang tidur."

"Ah, masuk akal juga, sih. Gue malah mikir si cowok sebenernya gak nyata, cuman khayalan ceweknya, atau enggak hantu. Kan genrenya misteri." Keduanya kemudian mengangguk. Mereka pun menonton film lain lagi.

Terus mereka menonton dengan keseruan, hingga malam pun tiba, semakin larut dan larut ....

Bianca membaringkan kepala di bahu Brendon sementara pemuda itu tiba-tiba memegang keningnya, Bianca menatap Brendon heran.

"Lo kenapa?"

Jam di tangannya menghitung mundur 5 ... 4 ... 3 ... 2 ... 1 ....

Brendon menarik napas, mendongak kemudian menatap sekitaran dan hal itu membuat Bianca menjauhkan kepalanya. Ia mengerutkan kening melihat Brendon kelihatan panik.

"Ke-kenapa?" tanya Brendon, panik.

"Brendon! Lo kenapa, deh?" Bianca menaikkan sebelah alisnya.

"HUAAAAAAA!!! DIA MASIH ADA DI DALAM GUE!" teriak Brendon tiba-tiba, melepaskan bajunya kemudian, setelahnya memukul-mukul kepala, dada, serta perutnya. Bahkan, mencolok kerongkongannya sendiri.

"BRENDON! GILA LO KENAPA?!" Bianca ikut panik. "HUA ANJIR!" Ia berlari menjauh ketika sahabatnya itu muntah di atas meja. Cairan makanan yang belum sepenuhnya dicerna itu membuat Bianca memandang jijik dan mual.

"KELUAR!!! GUE TAU LO ADA DI DALAM GUE GILA!! KELUAR LO CACING K*NT*L SIALAN!" teriak Brendon, meski jijik Bianca membulatkan mata sempurna melihat Brendon memukul-mukuli badannya sendiri.

"BRENDON! ASTAGA LO GILA, YA?!" Tanpa rasa jijik sedikit pun, Bianca menarik kedua tangan Brendon, sekuat tenaga agar si pemuda tak memukuli diri meski usahanya terbilang sia-sia. "AW!" Sampai, Bianca terkena pukulan dari rontaan Brendon.

"Eh, Bian ... ma-maaf ...." Brendon menatap Bianca menyesal yang memegang pipinya.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CINTA BEDA SPESIES [Brendon Series - H]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang