Part 26

4.6K 373 5
                                    

"Lo ... lo beneran bisa?"

"Tentu saja!"

Bianca tersenyum kikuk lagi, mengeluarkan ponselnya, dan mulai memainkannya. Tak lama, ia menyerahkan ponsel itu ke Brendon.

"Ah, pilihan bagus."

Brendon bangun dengan terkesiap, dan nyatanya hari sudah gelap dan semua lampu menyala. Ia terlelap masih di tempat sama, di atas sofa, dan terlihat di atas meja banyak gambar, lukisan anime dan realis ....

Gambar dirinya dan Bianca ....

"Akhirnya lo sadar juga, gue udah masakin makan malam. Ayo makan!"

"Lo! Dih! Awas lo!" Brendon berlari ke arah Bianca, siap menerjangnya namun tiba-tiba tubuhnya mengkaku tak bisa bergerak. Brendon berusaha kuat menyambar Bianca namun tak bisa. "Eh?!"

"Jangan kasar dengan perempuan, Brendon. Aku tahu kalian sahabat, tapi Bianca tetaplah seorang perempuan. Tidak etis laki-laki menyakitinya." Bianca tersenyum kecil mendengarnya sementara Brendon memutar bola mata.

Ia menghela napas gusar. "Ck, lo harus tau Bianca—" Brendon membungkam mulutnya sendiri. "Mmmmm ... mmm .... OKE OKE ASTAGA!" teriaknya pasrah.

Bianca tertawa kecil dan keduanya pun menuju ke dapur, duduk berhadap-hadapan di depan makanan, dan dalam diam mulai memakan makanannya.

"Hm ... ini sangat enak." Brendon memuji.

"Enak apaan? Biasa aja, tuh!" Ia membalas dirinya sendiri.

"Be nice with lady!"

Bi nis wit lidy." Brendon mengejek dirinya sendiri, Bianca tertawa melihat sahabatnya yang terlihat seperti berbicara pada diri sendiri. "Lo juga, tawa-tawa, puas lo?!"

"Sama-sama, Cellulla ... udah lama gak ada yang muji masakan gue, Brendon taunya makan aja sama ngeluh!" Mendengar itu, Brendon sendiri terdiam, ada sedikit rasa sesal di dalam dirinya.

"Enak, sih. Tapi kalau dipuji terus, gede pala lo, gak bisa nahan beban entar! Badan lo cebol juga." Bianca tertawa.

"Lo pulang atau nginep?"

"Nginep aja, deh. Gue males pulang ...." Bianca manggut-manggut. "BTW, lo mau duet bareng? Udah lama kita gak nyanyi bareng, kan?"

"Sure."

Selesai makan pun, Bianca dan Brendon mengambil gitar masing-masing, sebelum akhirnya keluar rumah. Mereka duduk di teras berdua, menatap langit malam di depan mata mereka.

"Eh, lagu apa, nih?" tanya Brendon, bingung sendiri.

"Jason Mraz, I Won't Give Up. Lo tau kuncinya, kan?"

"Tau, dong ...."

Dan mereka pun mulai memainkan gitar bersama, seirama.

Brendon pun mulai bernyanyi ....

(Mainkan musik di multimedia ;))

"When I look into your eyes," Ia menatap mata Bianca yang balik menatapnya sejenak sebelum akhirnya keduanya menutup mata, menikmati lagu yang ada.

"It's like watching the night sky
Or a beautiful sunrise
So much they hold

And just like them old stars
I see that you've come so far
To be right where you are
How old is your soul?"

Keduanya pun mulai bernyanyi.

"I won't give up on us
Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up

Kali ini, Bianca yang bernyanyi. Diiringi Brendon di sana namun suara pelan.

"And when you're needing your space
To do some navigating
I'll be here patiently waiting
To see what you find

Lagi, keduanya pun berduet.

"Cos even the stars they burn
Some even fall to the earth
We got a lot to learn
God knows we're worth it
No I won't give up ...."

Keduanya tertawa bahagia, dan bernyanyi lagi dengan nada cepat ....

"I don't wanna be someone who walks away so easily
I'm here to stay and make the difference that I can make
Our differences they do a lot to teach us how to use
The tools and gifts we've got yeah we got a lot at stake

And in the end, you're still my friend at least we did intend
For us to work we didn't break, we didn't burn
We had to learn how to bend without the world caving in
I had to learn what I got, and what I'm not and who I am ...."

Keduanya saling menatap dengan nada tinggi itu selama beberapa saat. Kini, nada mempercepat dan tinggi lagi.

"I won't give up on us
Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up, I'm still looking up!

I won't give up on us
God knows I'm tough, I am love
We got a lot to learn
God knows we're worthy

Kini hanya Bianca yang menyanyi ....

"No I won't give up on us
Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up ...."

Dan selesailah nyanyian keduanya. Keduanya saling menatap bahagia dan lalu tertawa.

"Tadi suara lo sempet crack pas nada tinggi, ya?" todong Bianca.

Brendon tertawa. "Yang penting suara gue lebih bagus, bukan kek tikus kejepit kek elo!" ejeknya, dan Bianca dengan kesal memukul pemuda itu yang hanya tertawa.

"Gue lebih bagus dari elo, ya! Cellulla, siapa yang lebih bagus?"

"Yah ... tentu saja, Brendon!"

"Dih, diri sendiri!" Bianca memutar bola mata kesal sementara Brendon hanya tertawa.

"Kalian berdua sangat bagus dan berbakat, bernyanyilah lagi ... sangat menyenangkan mendengar ini," kata Brendon dengan dewasa kemudian, Brendon langsung mengejek Bianca lagi setelahnya.

"Lebih adil, gak narsis kek elo!" Brendon masih tertawa. "Lagu apa lagi, nih? Yang cewek, dong! Susah ngegapai nada ...."

"Ya udah kita—" Pernyataan Brendon terhenti karena ponselnya berdering, ia pun langsung membuka ponselnya dan terlihatlah video call dari kontak ibunda Brendon. Langsung saja, ia menjawabnya.

Wajah wanita itu kelihatan khawatir, meski kemudian tersenyum lebar.

"Hai, Mamah! Apa kabar?!" tanya keduanya kompak.

"Mamah baik, tapi agak sibuk aja jadi ... yah begitulah. Brendon, Bianca, kalian gimana? Baik?"

"Aku baik, kok, Mah! Masih lengkap badannya. Bianca juga, tapi tinggi badan dia menurun!" Bianca langsung memukul pemuda itu.

Sang ibu tertawa. "Ah syukurlah ...." Wajahnya kemudian agak khawatir lagi. "Yah, gimana ultahnya, Sayang?"

"Seru, Mah! Tapi Brendon pake acara ngotorin rumah!" adu Bianca, Brendon menatap horor gadis itu.

"Aduh ... astaga anak ini!" Brendon tertawa pelan. "Anu, Mamah ... setelah ini bakalan secepatnya pulang, ya, Sayang. Dah ...."

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CINTA BEDA SPESIES [Brendon Series - H]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang