Akhirnya, ia langsung menuju kamar si gadis, dan menghela napas lega melihat Bianca sudah tertidur nyenyak. Namun, melihat jendela yang terbuka ... ia menenggak saliva.
Langsung, ia cek keadaan Bianca, membolak-balik badan gadis itu hingga yang empunya risi.
"Brendon! Apa, sih, lo masuk kamar gue terus guling-gulingin gue?! Mau mesum, ya?!" teriaknya kesal, bangun dari tidurnya.
"Gu-gue tadi mimpi buruk, Bian! Dan itu ...." Brendon menunjuk jendela yang terbuka.
"Hah? Kok bisa kebuka?" tanya Bianca bingung.
"Mungkin ini yang dikhawatirin Mamah ... gue keknya harus jaga elo dua puluh empat jam!" Brendon menegaskan diri, langsung menuju ke arah jendela, memandangi gelapnya area luar sebelum akhirnya menutupnya.
"Angin kali! Atau ... elo yang buka! Karena seingat gue gue udah nutup!" Bianca dengan agak ketakutan angkat suara.
"Ngapain gue lakuin ini? Gue emang bajingan tapi gue gak bakal bikin sahabat gue tersakiti!" Brendon tampak berjiwa patriotik.
"Huh ... iya, iya." Bianca berusaha berpikir positif, ia memutar bola matanya.
"Benar, aku merasakan ada hal bahaya ... entah kenapa," kata Brendon lagi, membuat Bianca ketakutan. "Yah, sebaiknya kita tetap di sini, Brendon."
Brendon mengangguk, membenarkan posisi guling di kasur Bianca tepat di tengah-tengah.
"Maksudnya lo tidur di sini?! Gitu?!" pekik Bianca tak terima. "Ini siasat kalian para mesumers, kan?!"
Brendon menghela napas. "Tidak, Cantik ... sama sekali tidak." Bianca merasa nyaman dengan ungkapan itu, entah kenapa, kedua pipinya memerah. "Tak akan ada sentuhan, aku bukan pria brengsek, Brendon yang berengsek."
"Woi! Enak aja!" Brendon kemudian membaringkan dirinya di samping Bianca, dengan batas guling di tengah-tengah. "Gue gak bakal apa-apain lo! Gue cuman khawatir. Ya udah, tidur sana ...."
"Huh ... serasa gak etis, Bjir!" Bianca mendengkus pelan. "BTW, udah lama kita gak tidur bareng, terakhir kali kapan, ya?"
"Hm ... biar gue ingat-ingat. Pas kelas satu SMP, keknya. Semenjak lo berdarah-darah gitu ampe baju gue kena, gue jadi males tidur bareng setelahnya." Brendon dan Bianca tertawa akan cerita tersebut. "Semenjak itu gue perhatiin lo yang cebol mulai membengkak!"
"Woi! Kurang ajar!" Bianca menampar Brendon dengan bantalnya. "Anu ... kalau yang lo omongin tadi bener, gue jadi takut ...."
"Lo tenang aja, gue bakalan jagain lo terus, oke? Karena udah tugas gue, di hadapan kedua almarhum dan almarhumah orang tua lo, almarhum ayah gue, dan ibu gue ... gue harus jagain elo selalu. Terlebih ada Cellulla, nih. Gampang kalau ada penjahat tinggal dipenyet!" Brendon menatap langit-langit kamar. "Lo lebih dari sekadar sahabat, lo keluarga, adik gue ...."
"Thanks, Beebo ... ya udah, selamat tidur, ya."
"Yah, met tidur juga." Keduanya pun menutup mata.
Yang keduanya tak sadar, Brendon sempat tak sadarkan diri dan dikendalikan Cellulla tadi, membuatnya bermimpi buruk, dan keluar untuk membuka jendela gadis itu hingga akhirnya kembali ke kamarnya sendiri dan menyadarkan diri. Tak lama, keduanya tidur nyenyak, mulut Brendon bersuara ....
"Episode keempat, hubungan yang lebih spesial."
Mereka bangun seperti biasa, dan kelihatan bahagia, saling melihat selama beberapa saat sebelum akhirnya bangkit dari tidur, membersihkan diri, sarapan, hingga akhirnya ke sekolah ....
Sepanjang perjalanan di lorong, Brendon begitu posesif pada sahabatnya tersebut.
"Brendon!" sapa sebuah suara, Brendon dan Bianca menoleh menemukan Selena menghampiri. "Mm ... pagi ...."
"Pagi," sahut keduanya bersamaan.
"Brendon, boleh kita ngomong sebentar? Berdua ...."
"Berdua?" Brendon berpikir sejenak. "Mm ... maaf, Sel. Kalau lo mau ngomong, di sini aja, atau ajak Bianca. Gue harus jagain dia dua puluh empat jam soalnya ...."
"Eh, mmm ...." Selena tampak ragu, wajahnya menyedih sesaat, Bianca ingin angkat suara namun dengan tersenyum Selena mendahului. "Eh, eng-enggak jadi, deh. Makasih banyak buat lukisan kemarin, ya! Dah ...." Ia pun beranjak pergi.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA BEDA SPESIES [Brendon Series - H]
Romance18+ Brendon memeluk erat Bianca. "Brendon!" pekik Bianca, meronta, namun kekuatan Brendon terlalu kuat daripada dirinya. Pemuda itu diam, dan kini wajahnya masuk ke tengah-tengah area dada Bianca. Bianca memekik. "BRENDON GILA LO SANG*!" Bianca men...