Part 34

4.4K 345 13
                                    

"Ah ... aku ... benar-benar lelah ...." Brendon langsung tepat di lantai. "Episode kelima, Brendon sakit ...." Semuanya pun gelap.

Bangun-bangun, ia masih berada di tempatnya, namun bedanya ada bantal yang menghalangi kepala kemudian ia diselimuti selimut. Ada kompres di kening serta sesuatu yang mengganjal di ketiak. Bianca datang menghampiri, melepaskan termometer batang dari ketiak sahabatnya itu.

"Gue gak tau lo bisa sakit," katanya, menatap sendu benda itu.

"Ini ... karena aku terlalu banyak menggunakan kekuatan tadi. Ah astaga ... rasanya kami berdua akan mati," kata Brendon menghela napas panjang. "Aku bahkan masih sangat lelah."

"Haelah ... alien lembek! Lo harusnya biasa aja bertarung sama mereka elah ... gue bisa tanpa elo, deh!"

"Oh, ya? Sekalipun peluru menembusmu? Regenerasiku cepat, tapi kau tetap bisa mati." Ia berdebat.

"Udah, udah!" Bianca menengahi.

"Lu juga Cellulla, lo gak nolongin si Louis tadi! Gimana keadaan dia, deh?!"

"Udah, dia bilang dia gak papa tadi. Dia gak tau apa yang terjadi tapi katanya tiba-tiba dia udah ada di kamarnya, tapi babak belur. Seingat dia dan gue ... kami dibegal, terus gak tau lagi." Bianca menggedikan bahu. "Gue ingetnya lo nolongin gue, lo ngapain? Lo ... gak bunuh orang, kan?"

"Penggalin tangan aja, gak ada yang mati, kok."

"WHAT?!"

"ASTAGA!!! ITU CELLULLA!!! UDAH AH PALA GUE PUYENG ASTAGA!!!" Brendon menutup matanya. "Mau nyalahin gue, nih? Tuh kan salah mereka sendiri, dapet ganjarannya!"

"Hm ... iya, iya. Tapi syukur deh kita semua gak papa. Thanks, ya, Brendon." Brendon hanya menggumam. "Keknya ini firasat Mamah. Tapi gue masih bingung bagian yang jendela malem itu. Orang atau ...."

"Jangan dipikirin, oke? Lo tetep deket gue, nginep aja di sini sekarang ... lagian gue gak bisa juga nganter lo pulang." Brendon kemudian tersenyum lebar. "Bikinin gue makan, dong. Laper ...."

"Iya, Beebo. Iya." Bianca memutar bola mata sebelum akhirnya beranjak ke dapur. Tak lama ia datang dengan semangkuk sup namun pergi lagi, kali ini ia datang dengan bantal, menyangga tubuh Brendon agar lebih menduduk, sebelum akhirnya mulai menyuapi pemuda itu. "Abis ini minum obat atau enggak?"

"Tak perlu ... aku bisa memulihkan diri, sehari dua hari." Bianca menghela napas. "Ah, ini enak dan segar ...."

"Agreed." Pemuda itu manggut-manggut dan Bianca hanya tertawa. "Tapi lebih enak masakan Mamah!"

"Yeeee syukur-syukur gue bikinin!" Bianca memutar bola matanya, kembali menyuapi Brendon.

"Eh, anjir! Panas-panas!!!" Ia terpaksa menelan itu dengan susah payah, walau setelahnya mengipasi mulutnya sendiri. "Tiupin dulu, kek!"

"Salah lo sendiri!" Bianca memutar bola mata.

"Ya jangan gitu juga, dong! Kasihanin gue yang lagi sakit, nih ...." Brendon merengutkan bibirnya, dan Bianca menghela napas.

"Oke, oke." Bianca kembali menyuapi Brendon, pemuda itu tersenyum penuh kemenangan. "Omong-omong, dalam keadaan begini emang lo bisa jagain gue?"

"Bisa, motor Brendon sudah diambil alih robotku, jadi ... dia bisa berjaga di luar."

Mata Brendon terbuka, berbinar. "Wah ... jadi kek transformer, dah! Mantep ...." Ia tertawa bahagia, walau kemudian mengaduh sambil memegang keningnya. "Duh ... astaga, alien bisa sakit, mana gak enak banget badan gue. Serasa ada yang pegal-pegal."

"Yah ... saraf kita yang menyatu, reaksi terlalu banyak memakai kekuatan, anggap saja seperti motormu. Terlalu lama dipakai, memanas, ada mesin yang bisa rusak."

Brendon menghela napas. "Udah, lo istirahat aja dulu! Ya Tuhan ...." Bianca menyuapi Brendon lagi. "Untung besok sabtu, libur. Gue bisa jaga lo seharian penuh."

"Bian ...," kata Brendon dengan nada suara sekarat, Bianca menatap takut sahabatnya yang memang kelihatan seperti sekarat.

"Bren, lo kenapa?!"

"Gue mau minta maaf akan satu hal ...." Bianca ternganga.

BROT!

"BRENDON B*NGS*T!!!"

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie


CINTA BEDA SPESIES [Brendon Series - H]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang