Part 29

4.4K 363 13
                                    

"Brendon, lo apa-apaan, sih? Lo hilangin kesempatan lo deket sama doi! Kejar sana, deh!" kata Bianca kesal, melihat Selena yang sudah menghilang dari hadapan. "Ini gak sepi, gue bisa jaga diri!"

"Enggak, gue gak mau langgar janji gue apa pun alasannya ... terlebih firasat Mamah itu kadang akurat, oke?" Bianca yang sendiri ketakutan akhirnya hanya bisa menghela napas pasrah. "Ayo!"

"Iya, iya ...." Sesampainya di kelas, mereka pun duduk berdampingan, Brendon kelihatan siaga menatap sekitarannya sementara Bianca mendengkus pelan.

Dan mata gadis itu, menangkap Louis yang menghampirinya. "Eh, Louis."

"Hai, Bian." Louis menggaruk belakang kepalanya dan sedikit gugup, juga kikuk karena Brendon menatapnya juga dari atas ke bawah. "Bisa kita ngomong berdua sebentar?"

"Oke." Bianca berdiri dari duduknya, dan tanpa disangka Brendon ikut berdiri. Bianca langsung menoleh dengan kesal, berbisik ke pemuda itu. "Lo ngapain?"

"Jagain elo, lah!"

"Heh! Gue sama Louis, Louis pasti jagain gue, gue aman!" Bianca berdesis.

"Gue malah curiga kalo lo cuman berduaan sama Louis, tau!" Brendon tak mau kalah, kemudian ia menatap Louis. "Gue harus jagain Bianca setiap saat, kalau lo mau ngomong sama dia ... lo harus bawa gue!"

"Brendon!" tegur Bianca.

"Eh, mm ... iya gak papa. Ayo!" Bianca tersenyum miris dan kemudian berjalan bersama Louis, sementara Brendon mengekori mereka. Sesampainya di taman, mereka berhenti, Brendon berdiri di samping Bianca dan Louis di seberang mereka mulai membungkuk layaknya pangeran dan putrinya.

"Oh, nembak atau lamar, nih, acaranya?" tanya Brendon, mengangkat sebelah alis. Bianca menyikut lengan pemuda itu.

"Gue ... gak mau lagi jadi pengecut ...." Kedua pipi Bianca memerah, sementara Louis berdeham, keduanya sama-sama gugup. "Bian, gue suka sama lo ... lo mau jadi pacar gue?"

"Cara nembaknya klise banget." Lagi, Brendon berkomentar.

Namun, selayaknya dunia seakan milik berdua, keduanya bahagia mengabaikan pemuda itu.

"Cellulla, tu liat, Bianca ama Louis, tuh!" Brendon memberitahu.

"Kenapa memberitahuku? Kau tengah mengadu? Cemburu?"

"Ck, maksud gue ... rasukin si Louis ajalah. Gue yakin bentar lagi mereka bakal nikah!" kata Brendon dengan yakinnya. Namun, Cellulla tak menyahut. "WOI! WOI!!!"

"Ish, Brendon, lo apa-apaan, sih?! Ganggu!" pekik Bianca kesal. Brendon menatap ke arah Bianca sejenak. "Brendon!"

"Bentar gue tinggal dulu! Lo, jagain dia, awas kenapa-napa gue bunuh lo!" Brendon menodong Louis sebelum akhirnya beranjak pergi.

Kini, keduanya saling menatap.

"Gimana jawabannya? Lo mau?" tanya Louis, Bianca siap menyahut namun terhenti ....

Ia teringat sesuatu ... kala Brendon membuat gambar di rumahnya.

Flashback ....

"Jadi ... dengan ada di badan Brendon, lo bisa niru bakat dia, gitu, ya?"

Brendon mengangguk. "Bisa dibilang demikian."

"Jadi sempurna, dong, dia?" Brendon hanya tertawa.

"Lihat ini!" Brendon meletakkan kertas di kiri dan kanan, dan mengambil dua buah pensil. Ia memperhatikan ponsel Bianca dan menggesernya beberapa kali, sebelum akhirnya tangan kanan dan kiri yang masing-masing memegang pensil mengarah ke kertas.

Ia mulai menggores pensil ke sana.

"HAH!? BRENDON MATA LO!" Bianca membulatkan matanya sempurna, kemudian tertawa. "Anjir kek bunglon!!! Kok bisa?!"

"Begini ... manusia mungkin kompleks, seisi tubuhnya lengkap, tetapi ada hal aktif dan pasif di sini. Namun aku, bisa mengendalikan itu semua, bisa dikatakan Brendon sepenuhnya bisa dikendalikan ... itu kenapa aku bisa membentuk hal lain di dalam sini, dan membuat sel darah putih ataupun imun melacak hal asing. Kau tahu maksudku?" Bianca manggut-manggut.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CINTA BEDA SPESIES [Brendon Series - H]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang