Part 3

12.7K 754 14
                                    

"Lah? Lo masih nuduh gue? Gue gak ada nyubit lo!" Bianca tetap bersikeras, Brendon memutar bola mata kemudian berjalan menjauh. "Woi! Tungguin gue!" teriak Bianca kesal, menyusul Brendon sambil merogoh kertasnya.

Yang Brendon tak sadari adalah, robot itu menelan jam di tangannya, dan menggantikan dirinya menjadi benda tersebut.

"Lo nyari apaan, deh?"

"Pembalut gue," kata Bianca, tanpa malu. "Gue ngerasa dari tadi duduk gak nyaman, gue rasa bakalan kena, deh."

Brendon menatap ke belakang Bianca. "Enggak ada apa-apa, sih."

"Ya iya sekarang, kalau nanti?" Bianca tersenyum lebar setelahnya. "Nah, ini dia. BTW, temenin gue ke WC, deh! Jagain gue di depan!"

"Iya, iya." Keduanya pun menuju ke toilet perempuan, Bianca masuk ke salah satu bilik sementara Brendon berjaga di depannya. Ia mengeluarkan ponsel dari saku dan mulai membuka aplikasi berwarna biru, ia menggeser-geser layar ke bawah, sesekali tertawa melihat apa yang terpampang di sana.

Menunggu cukup lama, Bianca keluar, sedikit membenarkan celananya.

"Eh, liat, meme fresh." Brendon memperlihatkan ponselnya ke Bianca, si gadis membaca isi meme tersebut dan tertawa.

"Anjir, relate-relate." Keduanya kini berjalan, sambil menertawakan isi ponsel Brendon hingga akhirnya keduanya sampai di kelas.

"Cringe amat anjir jamet kuproy!" Keduanya menertawakan video yang mereka tonton, duduk berdampingan di kursi mereka.

Mereka asyik bermain berdua dengan ponsel Brendon cukup lama, sampai perhatian mereka teralih oleh seseorang yang menepuk-nepuk papan tulis.

"Dengerin! Dengerin!" teriak pemuda yang memukul-mukul papan tulis, semua anak menatap ke arahnya termasuk Brendon dan Bianca.

Bianca tersenyum manja ke arah pemuda itu, dan Brendon langsung menutupi matanya.

"Ish! Apa, sih, Brendon!"

"Lo gangguin gue sama doi, gue gangguin lo juga!" Bianca terus menyingkirkan tangan Brendon yang menghalangi pandangannya.

"Eh, kalian!" tegur pemuda itu.

Keduanya seakan tak peduli, sampai akhirnya .... "Aw!" Bianca menghentikan aksinya sementara Brendon mengerutkan kening, gadis itu meringis. "Jam lo tajem!" katanya, memperlihatkan luka kecil di tangannya.

"Eh?" Brendon menatap bingung.

Si pemuda menghampiri mereka. "Kalian kenapa, sih? Kalau mau pacaran nanti aja dulu, sekarang dengerin gue baik-baik!" katanya.

"Ih, ogah pacaran ama dia!" kata keduanya bersamaan, pemuda itu hanya mendengkus.

Bianca siap angkat suara lagi namun pemuda itu lebih dahulu memutus. "Diem, dengerin gue!" Brendon menahan tawa dan Bianca mendengkus sebal. "Mapel pertama Pak Gerard, bukan? Dia gak bisa masuk katanya. Jadi dikasih tugas berpasangan satu bangku halaman 42, besok diperiksa."

"Oke, Bos!" sahut Brendon.

"Makasih, ya ...." Bianca masih cari perhatian ke pemuda itu, yang kemudian mengangguk sambil tersenyum.

"Omong-omong, besok ulang tahun lo, kan, Bianca? Selamat ulang tahun, ya ...." Mendengar itu, mata Brendon membulat sempurna.

"Duh ... gegara gak ada mamah yang biasa ngingetin, ampir lupa besok ultah ni cebol. Gue ngasih hadiah apa, nih? Biasanya mamah yang nyiapin ... apa gue nelpon dia aja, ya?" Brendon bergumam pelan, bingung.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CINTA BEDA SPESIES [Brendon Series - H]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang