"Ta-tapi jangan gitu, serem sekaligus aneh ... tapi lucu, sih!" Keduanya tertawa lagi. "Berarti Brendon ngerasa tidur sekarang?"
"Yah, ada sistem otaknya yang kubuat istirahat, dan tentu saja itu tidur baginya. Aku punya otak sendiri, kau tahu? Meski tak sebesar manusia memorinya, tetapi aku bisa mengendalikan seluruhnya. Manusia, tak seratus persen. Tapi aku bisa membuatnya, namun risiko tampaknya besar ...."
"Gue pernah liat film, ya. Dia bisa make otaknya seratus persen, gegara narkoba dalam perut gitu. Anti luka, bisa liat warna-warna, yah ... begitulah. Mungkin juga bisa telekinesis." Bianca menghela napas. "Eh, lo lukis tanpa liat gambarnya?"
"Aku melihatnya, sekejap, tapi terkunci di ingatan. Jadi tak masalah aku tak melihatnya." Brendon tersenyum, dan menarik tangannya kembali, bertepatan matanya pun kembali seperti semula. "Selesai."
"Wah, gila! Lebih bagus dari Brendon! Lo emang nyempurnain dia banget!" Mata Bianca berbinar melihat gambaran dirinya dan Brendon versi anime itu.
"Kau ingin lagi?"
"Mau! Mau banget! Lo mau gue bikinin sesuatu?"
"Makanan favorit Brendon, boleh?"
"Bisa, dong!" Bianca tersenyum lebar. "Tunggu, ya!" Ia lalu mengarah ke dapur, menyiapkan burger aneh itu, ketika tiba-tiba kertas mengarah ke hadapan Bianca.
"Wah ... realis?!" Ia tersenyum lebar menatap lukisan dirinya dan Brendon berdua terlihat nyata meski hitam putih saja. "Bagus banget ... makasih, ya!"
"Apa pun untuk gadis cantik sepertimu, Bianca. Brendon harusnya sadar ada yang lebih baik di hadapannya dibandingkan gadis-gadis lain." Ia bersandar di samping Bianca, tersenyum lebar.
"Gak ah, gue ogah sama Brendon. Lagian kami sama-sama punya doi."
"Mm hm ...." Brendon kini berjalan ke ruang depan lagi, sementara Bianca memperhatikan sejenak sebelum akhirnya melanjutkan membuat burgernya.
Selesai, ia meletakkan itu di nampan bersama saus teriyaki, serta sirup, kemudian meletakkannya ke pemuda itu.
"Kau lihat ini!" Brendon meletakkan lukisan tak jelas di hadapannya, kemudian menyalakan ponsel ke area kamera. Ia menyalakan efek negatif dan barulah nampak dua wajah bahagia anak kecil ke kamera. "Kau dan Brendon manis juga ketika kecil."
"Aw ... iya, imut ...." Bianca gemas sendiri. "Ayo makan dulu, deh, isi tenaga!"
"Oke, Bos!" Bianca tertawa dan keduanya pun mulai memakan burger mereka. Saling bercanda juga. "Eh, di bibirmu!"
"Eh?" Bianca bingung, namun setelahnya Brendon menyeka tepian bibir Bianca yang terdapat saus di sana, sebelum akhirnya menjilatnya. "Mm ...." Bianca bergumam, kedua pipinya memerah.
"Ah ... waktuku semakin tipis sepertinya, aku harus tidur setelah ini. Terlalu banyak tenaga yang dikerahkan ...," kata Brendon, Bianca masih terdiam. "Tapi akan aku gambarkan terakhir, foto orang favoritmu."
"Lo-Louis?" Brendon tersenyum lebar.
"Dan sebagai hadiah untuk Brendon, akan aku gambarkan juga orang favoritnya. Yaitu kalian satu sama lain, kalian sahabat sejati, bukan?"
"Eh ... um ...." Bianca kemudian tersenyum, mengangguk. "Iya juga, ya! Tapi bikinin doi kami masing-masing, dong!"
"Baiklah ...."
Flashback off ....
"I-iya, Lou ... gu-gue mau," kata Bianca, gadis itu kelihatan terbata-bata dan ragu.
Louis berdiri dari duduknya, langsung memeluk gadis itu. "Makasih, Bianca!"
Bianca balik memeluk Louis, ia kelihatan masih begitu ragu dan hal tersebut membingungkannya. Keduanya berputar di taman, ada beberapa tepuk tangan terdengar, dan mata Bianca menangkap sahabatnya yang baru datang.
Keadaan Brendon basah kuyup dan berantakan.
Bianca langsung melepaskan pelukan. "Brendon, lo kenapa?! Kok kek abis kucing kecebur got?!" tanyanya, menghampiri Brendon dan wajahnya begitu khawatir.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
![](https://img.wattpad.com/cover/220816128-288-k335201.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA BEDA SPESIES [Brendon Series - H]
Romance18+ Brendon memeluk erat Bianca. "Brendon!" pekik Bianca, meronta, namun kekuatan Brendon terlalu kuat daripada dirinya. Pemuda itu diam, dan kini wajahnya masuk ke tengah-tengah area dada Bianca. Bianca memekik. "BRENDON GILA LO SANG*!" Bianca men...