"Wah ... Brendon kok pagi-pagi muntah begitu? Morning sickness, ya?" tanya seorang perempuan di depan Bianca, Bianca menoleh dengan mata menyipit karena mengantuk. "Lo hamilin, ya?"
"Iya, dia hamil anak kami, puas lo?" katanya ketus, sebelum akhirnya tepar lagi. Sementara teman-temannya tertawa. "Jangan ganggu gue!"
"Siapa yang hamil?" tanya suara lain.
Bianca mendengkus. "Gue bilang jangan ganggu gu—" Pernyataan Bianca terhenti melihat sosok di hadapannya. "Eh, Louis!"
"Pagi, Bianca! Lo kelihatannya ngantuk banget, jangan tidur terlalu larut malem lagi, ya," kata pemuda itu dengan manisnya, Bianca yang mengantuk langsung merasa tenaganya terisi kembali. "Takutnya pelajaran juga terganggu."
"Ah, iya, maaf-maaf. Gegara Brendon, sih, malem tadi. Ada ... masalah gitulah." Louis mengangguk paham.
"Omong-omong, pagi, Bianca!"
"Pagi juga, Lou!" Keduanya saling tersenyum, malu-malu kucing.
"Omong-omong, kebetulan banget, gue bawa ini buat lo," kata Louis, menyerahkan sebotol minuman hangat berupa kopi di sana. "Lo ... mmm gak ada riwayat maag dan udah sarapan, kan?"
"Gue gak ada riwayat maag, tapi yah ... gue belum sarapan."
"Ah, ini." Ia meletakkan botol minuman serta sebungkus roti isi di hadapan Bianca. "Makan, ya ...."
"Aw, makasih banyak!" Bianca merasakan kupu-kupu berebut keluar dari perutnya. Semakin rasa kantuk itu menghilang.
"Ya udah, gue tinggal, ya! Bentar lagi masuk kelas. Dah, Bianca!"
"Dah!" Louis pun beranjak keluar, bertepatan Brendon datang dengan wajah paniknya.
"Air! Air!" Berada di hadapan sahabatnya, ia langsung mengambil botol minum berisi kopi yang sebenarnya sudah Bianca buka dan siap ia minum, dan langsung menenggaknya hingga tandas. Bianca menatap tak percaya setelah botolnya kosong dan Brendon menghela napas lega.
"BRENDON! ITU, KAN, SPESIAL DARI LOUIS BUAT GUE!!!" Bianca tak terima.
Brendon seakan tak peduli, wajahnya kembali menjijik sebelum akhirnya duduk di samping gadis itu. "Entar gue ganti pas istirahat!"
"TAPI INI LAIN, GILA!" Bianca benar-benar kesal. "LO KENAPA, SIH?!"
"Lo ... awas ngakak pas gue ceritain."
Flashback ....
Brendon kini sampai di toilet laki-laki, langsung saja ia memuntahkan isi perutnya yang berupa cairan kuning keemasan di sana. Ia meludah mengeluarkan sisanya walau kemudian mengecap-ngecap.
"Apaan, nih? Rasanya kayak ... jus pepaya, dah."
"Itu limbah, Brendon." Brendon mengerutkan kening. "Jangan menelannya. Muntahkan semuanya."
"Limbah?" Brendon mengerutkan kening. "Pabrik-pabrik gitu?"
"Limbah adalah zat buangan, Brendon."
"Ya iya itu zat buangan dari hasil usaha, pabrik-pabrik gitu!"
"Yah, itu istilah halusnya. Ini adalah zat sisa buanganku, tenagaku berasal dari nutrisi dari luar, kemudian kupakai untuk kekuatanku di dalam sini, lama-kelamaan muncul zat lain yang tak berguna dan harus dibuang keluar dari tubuh dan jikalau tidak akan ada sistem yang terganggu. Mm ... layaknya kau dengan urine atau ... satunya."
"Maksudnya itu bisa dibilang berak atau kencing elo?!"
"Ya, aku tak tahu itu akan meracunimu atau tidak, makanya aku bilang jangan menelannya, bukan?!"
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA BEDA SPESIES [Brendon Series - H]
Romance18+ Brendon memeluk erat Bianca. "Brendon!" pekik Bianca, meronta, namun kekuatan Brendon terlalu kuat daripada dirinya. Pemuda itu diam, dan kini wajahnya masuk ke tengah-tengah area dada Bianca. Bianca memekik. "BRENDON GILA LO SANG*!" Bianca men...