"Katanya, sih, gegara dikroyok begal. Orang tuanya gak terima, langsung Louis pindah gitu aja." Bianca masih tak percaya apa yang didengarnya termasuk Brendon.
Bianca mengeluarkan ponselnya, melihat chat yang masih centang dua tanpa biru, lalu mengirim pesan lagi ....
Centang satu, dan bahkan foto profil pemuda itu menghilang.
"Gu-gue diblokir?"
Brendon langsung sigap mengambil ponsel si gadis, mengeluarkan ponselnya, dan menelepon nomor ponsel itu. Tak butuh waktu lama, setelah nada tunggu, sahutan pun muncul.
"Halo? Ini siapa, ya?"
Suara yang terdengar tak asing itu membuat Brendon menyahut. "Oalah, si Bangs*t! Beneran diblokir sahabat gue, kalau kabur seenggaknya ngasih alasan, dong!" Brendon dengan nada frontalnya menyahut.
Hening.
Air mata Bianca jatuh, terisak kemudian.
"Maaf ...." Hanya satu kata itu yang keluar, dan nada putus terdengar.
"Lah? Dimatiin?!" Brendon mencoba menghubungi lagi, sementara tangannya yang lain menarik Bianca yang menangis ke pelukannya dengan erat. "WOI ANJIR DIA BLOKIR!!!" Brendon murka sendiri.
"Ish ... kenapa dia ninggalin gue?! Padahal baru satu hari ... kenapa?!"
"Udah, lo jangan pikirin dia! Tandanya dia bukan cowok yang baik buat lo!"
Bianca menggeleng. "Ta-tapi keknya dia ada alasan ...."
"Iya, pasti ada. Cuman kalau lo ampe diblokir tanpa kabar, lo pikir sendiri dia tipe gimana?" Bianca menatap Brendon yang masih murka, kemudian memeluk sahabatnya itu lagi erat, menyembunyikan wajahnya ke dada Brendon. "Cup, cup, cup ... astaga ...."
"Aduh ... kenapa kalian nyari doi lain, sih? Sementara kalian ini pasangan yang serasi banget! Bestfriendzone terus. Mustahil banget sebenernya cowok cewek sahabatan terus begini, pasti ada rasa!" tegur salah satu anak.
Brendon menatapnya dengan poker face, mengusap bahu Bianca. "Bacot sekali Anda ...."
Brendon, dengan menahan beban Bianca yang memeluknya mulai berjalan ke kelas sambil menenangkan gadis itu, nyatanya sudah ada guru yang masuk dan ia geleng-geleng kepala melihat keduanya.
"Kalian berdua, jangan asal masuk dulu! Sini, berdiri di depan kelas!"
"Haelah, Bu! Ini nangis, nih, gak kasian apa? Lagi patah hati ...." Sang guru hanya mengangkat sebelah alis sementara akhirnya Brendon menurut. Bianca pun melepaskan pelukan, menyeka sisa-sisa air matanya dan berdiri di samping pemuda itu. "Lo gak papa?" Brendon menyeka rambut gadis itu.
"Astaga, jangan skinship!"
"Aw!" Brendon terperanjat kala penggaris sang guru menampar tangannya. "Ibu, ya maaf ... tapi apa Ibu tega, cewek nangis gak dikasih perhatian gitu?"
"Sini, biar dia sama Ibu!" Sang guru kini berdiri di tengah-tengah mereka, ia memegang bahu Bianca. "Hayo, kenapa kamu nangis? Karena cowok?" Bianca masih terisak, tak menjawab. "Ayo, duduk, tenang. Jangan mikirin cinta-cintaan mulu, anak seumuran kamu harus fokus belajar, oke?"
Bianca mengangguk, dan sang guru pun menuntunnya ke tempat duduk. Brendon siap mengekori namun guru wanita itu menahannya.
"Kamu tetap di sini!"
"Lah?! Bianca boleh duduk ...."
"Dia cewek, abis nangis, kasian ...." Brendon merengutkan bibirnya, siap menangis. "Kamu nangisnya ketauan banget, boongan, tetep berdiri di sini!"
"Aduh!" Brendon memegang jidatnya yang dipukul sang guru dengan penggaris lagi, dan Bianca serta yang lain menertawakan Brendon.
Brendon menatap miris Bianca yang duduk di kursinya, kemudian berbicara sesuatu yang membuat si gadis tersenyum dari sang guru, sebelum akhirnya ia berjalan ke depan lagi.
"Hari ini ... kita udah sampai ke anatomi manusia, kan? Nah, silakan dibedah dulu objek penelitiannya."
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA BEDA SPESIES [Brendon Series - H]
Romance18+ Brendon memeluk erat Bianca. "Brendon!" pekik Bianca, meronta, namun kekuatan Brendon terlalu kuat daripada dirinya. Pemuda itu diam, dan kini wajahnya masuk ke tengah-tengah area dada Bianca. Bianca memekik. "BRENDON GILA LO SANG*!" Bianca men...