Malam hari. Sejak pagi hujan terus membungkus kota Seoul. Suhu udara turun beberapa derajat. Hujan semakin deras menjelang petang dan menjadi badai ketika malam datang. Angin terus bertiup dengan kencang, menerpa apapun yang berada di luar.
Semakin larut, badai semakin menggila. Tiang listrik dan lampu jalanan terlihat bergetar setiap kali diterpa oleh angin badai. Sesekali petir menyambar membuat terang sekitar. Lalu sepersekian detik berikutnya terdengar suara gemuruh yang memekakkan telinga.
Tetapi keributan badai itu tidak berpengaruh bagi sebuah keluarga yang saat ini tengah berkumpul di salah satu kamar anaknya. Wajah-wajah mereka terlihat cemas saat memandangi seorang anak perempuan berusia sembilan tahun yang terbaring lemah di kasurnya.
Chaeyoung terus menangis tersedu-sedu dipelukan Jennie. Tidak sanggup melihat wajah pucat Lisa yang tengah terbaring lemah diatas tempat tidurnya. Meskipun Jennie juga merasa cemas, dia tetap mencoba menenangkan adiknya.
"Chaeng-ah, sudahlah... uljima." Bisik Jennie menyeka air mata yang terus membasahi pipi Chaeyoung.
"Seharusnya... tadi... aku tidak mengajak Lili bermain hujan..." Isak Chaeyoung dengan tangisan yang terus menjadi melihat kondisi saudara kembarnya.
Jisoo menghela napas tipis ketika menatap kedua adik kecilnya, kemudian memeluk mereka dari belakang. Memberikan rasa tenang.
"Suhu badannya sangat panas sekali." Junwo kembali menarik termometer dari mulut Lisa. Menoleh menatap istrinya yang sejak tadi tidak henti-hentinya mengusap kepala Lisa.
Yenna menghela napas berat, usapan tangannya berhenti dan beralih memeluk tubuh Lisa yang terus menggigil. "Yeobo, kita harus membawa Lisa segera ke rumah sakit."
"Eoh, kajja!" Tanpa membuang waktu lagi Junwo segera beranjak dari kamar Lisa, berjalan keluar, menyuruh salah satu maid untuk segera menyiapkan mobil.
Sebelum menggendong Lisa keluar, Yenna menutupi seluruh tubuh Lisa dengan selimut tebal. Lisa terus saja menggigil seperti kedinginan, meski suhu tubuhnya sangat tinggi.
"Eomma..." Panggil Jisoo yang sejak tadi hanya bisa diam melihat kedua orang tuanya. Yenna menghentikan langkahnya, berbalik menatap putri sulungnya yang sedang memeluk adik-adiknya.
"Lili... apakah Lili baik-baik saja?" Sambung Jisoo dengan nada suara yang penuh kecemasan.
Yenna tersenyum tipis, berjongkok didepan Jisoo, lalu mengusap rambut hitam milik putrinya tersebut.
"Eoh, gwenchana. Eomma dan appa akan membawa Lili ke rumah sakit, semuanya akan kembali seperti semula. Jadi, eomma minta kepadamu untuk menjaga Jennie dan Chaeyoung selama kami pergi. Jadilah eonni yang baik bagi adik-adikmu, jagalah mereka, dan jangan pernah untuk berpisah."
Jisoo tertegun mendengar ucapan ibunya. Kalimat terkahir Yenna terdengar sangat aneh, Jisoo merasakan sesuatu hal yang buruk akan segera terjadi, tetapi dia tidak tahu apa.
Yenna menciumi ketiga putrinya tersebut, setelah itu kembali beranjak berdiri. "Eomma pergi dulu. Selamat tinggal."
***
Mobil mewah yang dikendarai oleh Junwo terus melaju dengan kencang membelah hujan badai. Jalanan kosong, tidak ada kendaraan lain yang melaju disana.
"Yeobo, pelan-pelan saja. Tidak usah mengebut, ketika hujan jalanan menjadi licin." Yenna menyentuh lengan suaminya yang terus mencengkram setir mobil dengan erat.
Junwo menoleh, mengangguk sekilas, lalu kembali menatap jalanan tanpa mengurangi kecepatan mobilnya. Yenna menghela napas samar. Dia tahu jika suaminya merasa cemas, begitu juga dengan dirinya. Tetapi mereka juga harus tetap berhati-hati.
Tidak banyak yang bisa Yenna lakukan saat ini. Dia memilih untuk memeluk Lisa yang berada dalam dekapannya dengan erat. Berharap tidak ada kejadian buruk yang menimpa mereka.
Setelah keluar dari komplek perumahan elit tempat mereka tinggal, kini disisi kiri dan kanan jalan yang terlihat hanyalah pepohonan. Tidak ada lagi barisan rumah mewah. Hanya kawasan hijau dengan jalanan yang terus menurun dan berkelok-kelok.
Pencahayaan juga kurang. Jarak antara satu lampu jalanan dengan satu lampu lainnya terbilang cukup jauh. Tidak sesuai dengan ketentuan. Melihat kondisi yang seperti ini membuat jantung Yenna semakin berdetak dengan cepat. Kembali menoleh menatap suaminya.
"Junwo!" Seru Yenna cemas, semakin mengeratkan pelukannya pada Lisa.
"Gwenchana!" Balas Junwo ikut berseru, berusaha tetap fokus mengendarai mobilnya yang semakin melaju dengan kencang.
Yenna menggigit bibirnya dengan kuat, menatap jalanan yang gelap dan lengang. Tidak tahu jika sebentar lagi mereka sampai di persimpangan jalan.
"Kim Junwo, pelankan mobil ini sekarang!" Teriak Yenna menatap suaminya dengan tatapan cemas bercampur amarah.
Persis diujung teriakan Yenna, sebuah mobil ikut melaju tidak kalah cepatnya di persimpangan jalan tersebut. Kedua mata Junwo seketika melebar melihat kemunculan mobil itu yang tiba-tiba. Sedangkan Yenna hanya bisa berteriak histeris, tetap terus memeluk Lisa dengan erat.
Junwo langsung banting setir ke kiri untuk menghindari mobil tersebut. Tetapi sayangnya kecelakaan tetap terjadi. Mobil yang dikendarai oleh Junwo menabrak pagar pembatas jalan yang terbuat dari besi dan menimbulkan suara dentuman yang sangat keras.
Bagian depan mobil sudah tidak berbentuk lagi setelah menghantam pagar besi tersebut. Apalagi kondisi orang yang ada didalam mobil itu.
Karena melaju dengan sangat cepat, benturan yang terjadi tidak bisa menghentikan kecepatan laju mobil tersebut. Mobil terjungkit kedepan, melewati pagar pembatas, dan terus terguling menghantam pepohonan yang ada disana.
Hingga mobil mewah tersebut berhenti dengan sendirinya setelah menabrak sebuah pohon besar. Dalam bentuk yang tidak lagi sama seperti mobil pada umumnya.
Heyyo! Welcome to my new story🤗
Fyi, Kim Junwo sama Yenna itu cuman tokoh fiktif ya, guys... Soalnya aku gak tahu siapa yang cocok buat meranin ortu nya Jenchulichaeng😅
Semoga kalian suka sama ceritanya😊
Part 1 akan dipublish setelah Reincarnation tamat atau kalau prolog ini rame😌
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory (DISCONTINUED)
FanfictionAkibat kecelakaan yang menimpanya pada masa lalu, membuat Lisa harus kehilangan semua ingatannya. Semua memori yang ada dikepalanya terhapus total. Tidak ada yang tersisa, walau hanya sedikit. Namun, pada suatu hari Lisa dihadapkan dengan rentetan k...