|0 0 P R O L O G|

105K 2K 42
                                    

Hai, kali ini aku bawa cerita baru:) beda banget ini dari cerita sebelum-sebelumnya, ini ceritanya sedikit dewasa(mungkin😆)

Gak tau kenapa setiap nulis cerita baru pasti selalu semangat, tapi ujung-ujungnya pasti malas di lanjutin *duh maafin. Semoga aja cerita ini gak terbengkalai kayak cerita yang sudah-sudah (Amin)

Last, jangan lupa di vote+komen✨

###

---Wanita dengan ciuman maut---

Pria itu duduk pada salah satu kursi di kelab, terhitung tiga cangkir tequila sudah pria itu tegak dan tandas dalam sekali teguk, tetapi belum bisa membuatnya benar-benar mabuk. Pria itu masih sepenuhnya sadar.

Pria itu mengambil sebatang rokok dari dalam bungkusnya, lalu menyalakan ujung rokok itu. Menghisap rokok itu dalam-dalam, setelahnya pria itu menghembuskan asap yang mengepul dari dalam mulut hingga terbang bebas di sekitaran ruangan pengap tersebut.

Pandangan pria itu terfokus menatap ratusan orang yang berjoget menggoyangkan tubuhnya di dance floor mengikuti lantunan musik keras yang di putar oleh pemain dj. Kelap-kelip lampu kelab membuat suasana kian panas dan menegangkan, namun hal itu tak berhasil menciptakan gairah pria itu untuk ikut bergabung ke sana.

Wanita-wanita malam yang berkeliaran di dalam kelab tersebut menatap ke arah pria tampan itu dengan tatapan lapar, seolah pria itu adalah mangsa yang mengiurkan untuk di santap.

Pria itu tahu dirinya memang mempesona. Siapa yang tak akan terbuai dengan pesona ceo muda seperti Kafka Leonardo Anderson? Bahkan wanita yang menjadi primadona di kelab ini rela menjatuhkan harga diri sejatuh-jatuhnya hanya untuk mendapatkan lirikan Kafka.

Kafka mendesah, berniat pergi meninggalkan tempat terkutuk itu, malam ini rasanya ia hanya ingin beristirahat. Pekerjaan kantor menunggunya besok. Rokok yang berada di sela-sela jari telunjuk dan tengahnya sudah ia buang ke lantai dan menginjaknya.

Namun tarikan tangan lentik di kerah kemeja kotak-kotaknya membuat Kafka urung berdiri. Ia melihat seorang gadis cantik sudah berdiri di hadapannya, melempar senyum penuh arti ke arah Kafka.

Wanita itu memegang kedua rahang kokoh Kafka, tanpa aba-aba ia memajukan bibir merahnya ke arah bibir tipis pria itu. Melumat bibir tersebut dengan lembut, menciptakan gairah panas menjalar keseluruh tubuh.

Persetan dengan alasan gadis cantik itu menciumnya dan tatapan orang sekitar, Kafka menikmat itu semua. Bibir manis wanita itu berhasil membuat gairah prianya muncul. "Ahk..." desahan kecil berhasil lolos di bibirnya. Membuat Kafka yang mendengar desahan itu menegang seketika.

Kafka memperdalam pangutan bibir mereka, dan berkat desahan kecil barusan membuat lidah Kafka berhasil masuk ke dalam mulut wanita itu, menyusuri setiap sudut di dalam sana. Kafka menarik pinggang wanita itu supaya lebih mendekat, menipiskan jarak di antara mereka.

Ciuman panas itu terhenti ketika ada sebuah tangan yang memisahkan dua insan yang sedang bercumbu tersebut, pria yang baru saja melakukan hal itu menatap nyalang wanita yang masih mengatur napasnya yang terputus-putus. "Kau harus menjelaskan semua, apa-apaan ini?"

"Kau yang apa-apaan, aku rasa matamu masih normal, dan kau pasti tau apa yang barusan kami lakukan!" sahut wanita itu marah. "Menggangu!" gerutanya.

Pria itu menatap ke arah Kafka tak suka. "Dia pacarku," pria itu menunjuk wanita yang berpangku pada paha Kafka. "Dan kau jangan seenaknya mencumbu dia!" tegasnya.

"Mantan kalau kau lupa." sergah wanita itu menapik.

Kafka tersenyum miring, membalas tatapan maut itu tak kalah sengit. "Dia malam ini akan menjadi milikku!" seruan datar itu pasti bisa membuat pria yang berdiri di hadapannya tersebut merinding. "Ambil saja setelah dia berhasil memuaskan gairahku." timpalnya.

Pria itu tampak mendengus, lalu pergi dari sana.

Wanita itu turun dari pangkuan Kafka, berbalik ingin pergi meninggalkannya tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Tapi tangan putih itu berhasil di cekal oleh tangan Kafka. "Mau kemana? Bukannya aku sudah bilang kau malam ini akan menjadi milikku, memuaskan gairahku."

Wanita itu memajukan wajahnya mendekat ke arah samping telinga Kafka. "Sayangnya aku tidak setuju dengan hal itu, aku tidak akan menjadi milikmu untuk malam ini atau bahkan malam-malam seterusnya." bisik wanita itu yang justru membuat gairah Kafka kian membara.

"Bagaimana jika kita membuat suatu hal yang saling menguntungkan?" tawar Kafka. "Kau memuaskan gairahku dan aku akan memberikan apapun yang kau mau, bagaimana?"

"Tidak tertarik." tolaknya dan pergi dari sana.

Pria itu tersenyum, matanya terus memandang wanita itu. Wanita yang binal, namun tidak murahan. Kafka suka itu.

Kafka Leonardo Anderson

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kafka Leonardo Anderson

|Btw belum dapat cast untuk wanitanya|

🌿

Langsung scroll kebawah aja buat baca chapter satu💋

My Bad Bo(y)ssTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang