|3 2 M A K A N S I A N G|

16.7K 623 8
                                    

Adelia menutup pintu ruangan Rio, dari luar sini Adelia bisa mendengar suara gaduh dan barang pecah yang asal suaranya berasal dari ruangan Rio. Tetapi Adelia berusaha acuh, tak menghiraukannya sama sekali.

Anggap saja Adelia jahat, menghancurkan usaha baik Rio yang kembali ingin membangun hubungan dengannya. Tapi, Adelia juga tidak sepenuhnya bersalah. Memang Adelia yang memutuskan hubungan diantara mereka. Dan kalian pasti sudah tahu alasan dibalik itu semua.

Adelia memutuskan Rio bukan tanpa alasan. Pria itu yang mulai bermain api, berselingkuh dengan wanita lain dibelakang Adelia. Dan Adelia benci itu!

Didalam kamus Adelia, tidak ada yang namanya diduakan.

Adelia membalikkan tubuhnya, ingin pergi dari sana, dan saat inilah ia bertemu tatap dengan Liora yang ternyata sudah berdiri menghadap Adelia dengan bercakak pinggang.

Wanita itu menatap Adelia dengan senyum merekah, seolah itu adalah tanda kemenangan. "Kenapa mengundurkan diri? Takut kalah bersaing denganku?" tanya Liora arogan.

Sumpah, Adelia ingin sekali merobek mulut Liora. Supaya wanita itu tidak bisa lagi mengeluarkan kalimat menyinggung, dengan nada sok jagoan seperti yang barusan Adelia dengar.

"Bukan takut," Adelia menggantungkan kalimatnya, ia tersenyum sinis. "Hanya saja, kau tidak begitu pantas bersaing denganku--terlalu murah!" timpal Adelia tak kalah arogannya.

Percayalah, muka Liora sudah memerah menahan amarah. Mulutnya terkunci tidak bisa membalas kalimat yang Adelia lontarkan untuk menyerangnya.

Tangan Liora sudah melayang ke udara, tetapi sebelum tangan wanita itu berhasil mendarat di pipi mulus Adelia. Adelia sudah bergerak cepat mencekal tangan Liora. Dan halusnya, tangan itu tidak sempat menampar pipi Adelia.

"Jangan gunakan kekerasan, atau aku akan membalasnya lebih dari yang kau berikan," Adelia memperingatkan dengan suara dingin. "Wanita sepertimu, tidak akan pernah menang jika bersaing denganku. Jadi aku memutuskan mengalah." Adelia menghempaskan tangan Liora yang tadi ia genggam. Ada bekas yang membiru di pergelangan tangan Liora, sebab Adelia terlalu kuat menggenggamnya.

Setelah itu Adelia pergi. Sedikit puas sudah berhasil membungkam mulut Liora, sampai tak berkutik.

***

Baru saja kaki Adelia keluar selangkah dari pintu masuk perusahaan, tangannya sudah di tarik paksa oleh seseorang--ternyata Kafka. Entah dari mana pria itu datangnya.

Pria itu menuntut Adelia menuju parkiran, memaksa Adelia masuk ke dalam mobilnya. Setelah itu ia menyusul masuk. "Sudah makan siang?" tanya Kafka seraya menghidupkan mesin mobilnya.

"Tidak ada hubungannya denganmu," jawab Adelia jutek. Masih sedikit terbawa emosi, karena pertikaiannya dengan Liora tadi.

"Temani aku makan siang kalau begitu," sahut Kafka tidak menghiraukan kalimat Adelia sebelumnya.

"Tidak--"

Kafka tiba-tiba mengijak pedal gas, memuat kalimat Adelia terputus sebab terkejut akan hal itu.

"Pakai sabuk pengamanmu." Kafka mengingatkan.

Adelia memasang sabuk pengamannya. Kalimat penolakan yang tadi ingin ia lontarkan buyar begitu saja entah kemana. Kini ia menerima dengan pasrah ajakan makan siang dari Kafka.

My Bad Bo(y)ssTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang